Kenapa?

15 2 0
                                    

Sudah 3 hari Dareen berada dirumah sakit, masih setia menemani Sonya yang masih belum sadarkan diri. Dareen juga sampai saat ini belum memberi kabar ke Rena dan teman-temannya. Jangan kan untuk memberi kabar, untuk berpikir saja rasanya susah. Pikirannya sudah penuh dengan keadaan Sonya. 

Sedari tadi Dareen hanya membenamkan wajahnya di samping kasur sambil mengengam tangan Sonya. Selama dirumah sakit dia tidak makan bahkan untuk minum saja hanya sekali. Wajahnya sekarang sudah terlihat kusut dan pucat. Sesekali James menyuruh agar dirinya pulang dan istirahat dirumah, tetapi dia menolak dengan alasan masih mau menunggu Sonya.

James yang melihat Dareen dari balik pintu langsung menghampirinya. 

"Lebih baik kamu pulang, kalau mamamu sudah sadar om akan kabari kamu." pinta james pelan, Dareen hanya diam tidak merespon. 

"Jangan seperti ini, kamu akan sakit nanti. Jangan buat mama kamu sedih dengan keadaan kamu yang sekarang." 

"Gimana Dareen bisa tenang om? Mama masih belum bangun. Aku gak mau nantinya kalau mama sudah sadar, dia gak liat Dareen." jawab Dareen dengan suara serak. 

James tidak menjawab, rasanya percuma jika dia tetap menyuruh Dareen untuk pulang. Anak itu tetap akan menolak. 

"Yauda om balik keruangan dulu." ucap james lalu meninggalkan Dareen. 

*****

"Re, Dareen uda ngehubungin elo belom?" Aile bertanya pada Rena yang baru saja keluar kelas masih sibuk memasukkan buku ke dalam tas.

Rena hanya diam sambil berjalan dan diikuti oleh Aile.

"Lo jangan diem aja dong Re, kalau ada sesuatu tuh ngomong." ujar Aile dengan nada sedikit tinggi karna kesal dengan Rena yang cuma diam. 

"Gimana gw bisa mikir sih Le? Kalau pikiran gw aja gak sinkron sama hati." Rena menatap Aile frustasi. "Gw cape nunggu Dareen yang gak ada kabar, tapi hati gw bilang buat terus sabar." 

"Lo kalau ngerasa emang cape mending lo udahin aja, tapi kalau hati lo bilang sebaliknya, lebih baik lo ikutin kata hati lo. Jangan sampe nanti lo nyesel Re, penyesalan dateng belakangan." ucap Aile menjelaskan. "Mending lo ikut gw." Aile menarik tangan Rena untuk membawa nya ke taman, tempat biasa dia berduaan dengan Erick. Rena hanya menurut mengikuti Aile. 

"Mau kemana sih?" tanya Rena pada Aile. 

"Nanti juga lo tau." 

Rena penasaran akan dibawa kemana oleh Aile. Sepanjang lorong matanya terus memperhatikan sekitar, berharap agar sosok yang dia rindukan ada disana. Sudah 3 hari ini Dareen tidak menghubunginya bahkan lelaki itu juga tidak masuk kuliah. Rena sudah berusaha untuk datang kerumahnya, tapi sia-sia. Dareen tidak ada dirumahnya. Saat ini Rena benar-benar tidak tau harus mencari Dareen kemana lagi. 

Kaki Rena terhenti disebuah taman belakang kampus. Rena kini sudah mendapati Erick yang sudah duduk sambil bersandar di pohon. Aile berlari untuk menghampiri Erick yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. 

"Aku udah bawa Rena, aku gak bisa jelasin ke dia langsung karna aku gak enak." ucap Aile pelan. "Kamu aja yang jelasin, soalnya kamu kan sahabatnya." Erick menganguk mengerti. 

"Re sini" teriak Aile kencang memanggil Rena, Rena yang tadinya melamun langsung buru-buru menghampiri Aile. 

Rena mengernyitkan keningnya, dia heran dengan Aile yang membawanya kesini. "Kenapa bawa gw kesini?" 

"Gini Re, sebelumnya sorry kalau gw wakilin Aile buat cerita sama lo. Aile ngerasa gak enak buat cerita langsung, karna disini posisinya gw yang sahabatnya Dareen." ucap Erick menjelaskan, Aile hanya memainkan jemarinya, takut jika nanti Rena akan merasa shock mendengar penjelasan Erick. 

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang