Melihat tanpa menyentuh

19 0 0
                                    

Rena sekarang sudah berada di kamarnya. Mengambil bantal lalu menutupi wajahnya agar isak tangisnya tidak terdengar. Sesungguhnya dia tidak membenci Dareen. Hanya saja dia kecewa dengan lelaki itu.

Kenapa disaat gw uda mulai ngerasa nyaman? Disaat itu juga lo langsung ilangin rasa itu. Dan kenapa juga lo langsung buat gw seneng dan kecewa dalam waktu bersamaan?

Kenapa juga gw harus nangisin lo? Lo pernah bilang saat kita nangis bakal ngurangin beban kita. Tapi kenapa saat gw nangisin lo, beban itu tetep gak berkurang?

Kalau gw boleh minta. Gw cuma minta 1 hal dari lo. Jangan jadiin perlakuan bokap lo sebagai alasan untuk hubungan ini.

Air mata Rena tidak kunjung berhenti. Dia terus terisak. Bantal yang dibuat untuk menutupi wajahnya itu kini sudah basah. Karena pertengkarannya dengan Dareen, membuatnya pulang dengan taksi. Untung saja taksi masih ada yang lewat. Kalau tidak pasti dia sudah kebingungan dan histeris karena tidak bisa pulang.

Rena membalikkan tubuhnya lalu mengambil ponsel. 21 miscall dari Dareen. Rena memang sengaja tidak mau mengangkat telepon dari lelaki itu. Kemudian dia langsung mematikan ponselnya dan membantingnya ke ranjang

******

"Angkat Nat, Kenapa sih demen banget buat gw cemas kayak gini? Lo tuh selalu kebiasaan kalau ada masalah gak pernah mau dengerin penjelasan gw dulu" gumamnya pelan sambil terus menelepon Rena. Tetapi gadis itu tak kunjung mengangkat teleponnya.

Dia benci dengan situasi seperti ini. Situasi dimana Rena yang selalu tiba-tiba pergi tanpa kabar. Pikirannya sekarang sudah penuh dengan gadis itu.

Kenapa lo gak bisa kasih gw waktu Nat? Gw cuma perlu waktu aja kok buat bisa nerima keadaan ini. Gw cuma takut aja, apa salah? Gw gak mau nantinya gw bakal sama kayak Dave.

Dareen berulang kali mencoba memejamkan matanya untuk tertidur. Sungguh, dia tidak ingin semua seperti ini. Seharusnya hari ini adalah hari dimana dia dan Rena berbahagia dan menghabiskan waktu bersama. Tapi sayangnya semua tidak seperti harapannya.

******

Lagi-lagi mata Rena sembab karena terlalu lama menangis. Menangis selama dua jam membuat matanya bengkak. Rasanya hari ini dia sangat malas untuk keluar kamar apalagi ke kampus.

Ketokan dari pintu kamar Rena terdengar. Suara Emilia mamanya sudah bergeming di telinganya.

"Rena, bangun! Sudah jam berapa ini? Memangnya kamu tidak kuliah? Cepat bangun. Mama tunggu dibawah untuk sarapan." Teriak Emilia kencang kemudian dia langsung pergi dari depan kamar Rena.

Rena langsung berdecak sebal tanpa membalas teriakan mamanya itu. Rena masih marah dengan sikap Emilia yang membeda-bedakan Dareen dengan Dave dan Rian. Dengan ekspresi wajah yang terlihat kesal dia langsung segera melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

*****

Dareen sudah bersiap untuk ke kampus hari ini. Tak terasa tinggal tersisa 4 hari lagi untuk jadwal perlombaan. Dia masih bingung memikirkan apa yang akan menjadi objek gambarnya nanti? Pikirannya saat ini bercampur aduk, rasanya dia ingin memecahkan kepalanya saat ini juga.

Dengan langkah yang berat dia menuruni tangga. Lalu mendapatkan papanya yang sudah duduk di ruang makan bersama dengan mamanya. Dareen langsung memasang wajah malas saat bertatapan dengan Jason.

Ck ngapain juga tuh orang makan disini, bukannya biasa juga gak balik.

Suara berat Jason mengema di telinga Dareen. "Dareen. Sebaiknya kamu berhenti untuk melukis dan mengambil jurusan ekonomi bisnis"

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang