"Gmana? Lo udah berhasil bikin tuh cowok celaka?"
"Gak berhasil. Kemarin gw uda bikin dia babak belur, cuma temen-temennya sempet nolongin dia."
Dave mengeram. Dirinya emosi. Mengapa orang suruhannya tidak becus untuk mengatasi satu orang?
"Bego! Lo orang gw bayar buat bikin dia celaka. Kenapa ngurusin satu orang aja lo gak becus?!" teriak Dave kencang. Pria itu terus menundukan kepala, tidak membalas ucapan Dave.
"Pokoknya gw gak mau tau. Bagaimana pun caranya tuh cowok harus celaka?! bentaknya lagi dan hanya dianguki pelan oleh Pria itu.
"Aku gak peduli Ta harus keluarin berapa banyak uang buat bikin cowok itu menderita. Yang aku mau sekarang cuma kamu jadi milik aku lagi. Kalau aku gak bisa milikin kamu, dia juga sama." gumam Dave pelan, tangannya sudah terkepal. Emosi masih menyelimuti dirinya.
*****
Dareen sedari tadi hanya senyum-senyum sendiri. Hari ini dia dan Rena janjian untuk pergi bersama. Dia masih setia menunggu gadisnya selesai kelas. Dareen menunggu Rena di kantin kampus. Sudah 45 menit dia menunggu Rena. Gadis itu tetap tak kunjung datang. Matanya kini bertemu dengan cewek berbaju kemeja putih garis-garis, celana levis biru dan dandanan yang menurutnya terlalu berlebihan. Siapa lagi kalau bukan Vita?
Kenapa dia harus kemari sih?
Vita yang juga tak sengaja menatap Dareen langsung dengan cepat menghampiri Dareen.
"Boleh gw duduk disini?" tanya Vita pelan sambil menunjuk ke arah kursi dan tersenyum tipis menatap Dareen.
Dareen hanya menoleh sekilas, lalu membuang pandangannya lurus kedepan.
"Duduk aja. Gak ada yang larang."
Sekarang memang Dareen sedang tidak berniat untuk bertemu dengan Vita. Dia hanya tidak mau nantinya Rena akan salah paham padanya.
"Tumben sendiri. Temen-temen lo mana?" tanya Vita pada Dareen dan tidak dibalas oleh Dareen. Cowok itu hanya diam. Vita langsung menyengol lengan Dareen.
"Hmm?"
"Lo kenapa sih? Masih marah tentang ucapan gw ke cewek lo waktu itu?" tanyanya lagi. Dareen memang sebenarnya masih marah terhadap Vita. Perkataan Vita waktu itu menurutnya sangat kasar pada Rena.
"Gak perlu lo tanya seharusnya lo uda tau jawabannya" Dareen menoleh menatap Vita tajam.
"Yaelah gw kan cuma ngomong apa yang bener menurut gw. Kenapa juga lo harus marah?" ucap Vita tidak terima jika Dareen terus membela Rena. Dia merasa tidak salah dengan perkataannya.
"Gw balikin lagi omongan lo waktu itu. Lo kampungan Vit" sambil menunjuk Vita. "Dandanan lo gak sesuai sama umur lo. Dan satu lagi yang harus lo tau. Rena pacar gw dan udah jadi tugas gw buat bela dia." lanjutnya lalu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Vita.
Dareen meninggalkan kantin. Merasa malas berlama-lama dengan Vita. Dia berniat untuk menunggu Rena didepan kelasnya. Dareen tak sengaja melihat Erick. Fakultas Erick memang berada di sebelah Fakultas Rena. Cowok itu bersama dengan Aile sedang duduk dibawah pohon. Mereka berdua memang semakin dekat walaupun tak ada status diantara mereka. Dareen menghampiri Erick dan Aile.
"Mojok terus berdua. Enak ya?" cibir Dareen sambil menepuk bahu Erick. Erick langsung menoleh memberikan senyum pada dirinya.
"Gw gak mojok. Cuma ngumpet aja disini." Erick terkekeh pelan. "Ngapain disini? Tumben. Biasa sama Rena terus nempel kayak lem."
"Ini mau ke kelas dia. Lagi nungguin dia. Kok pada gak bareng sama tuh 2 curut?"
"Mickey sama Richard lagi pada ngedate. Tau sendiri lah sama mereka. Gw yang kasian cuma ngedate dibawah pohon." Aile langsung mencubit lengan Erick. "Kayak mereka dong ngedate ke mall, masa aku setiap hari cuma dibawah pohon aja nemenin kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
Teen FictionBercerita tentang mereka. Kehidupan, percintaan dan keluarga. Tidak semulus harapan mereka. Mereka dua insan yang tanpa sadar dipertemukan oleh takdir, Siapa sangka suatu keadaan mempertemukan mereka? "Tanpa sadar kau membawa bahagia ku yang hilan...