Pagi ini Dareen akan membawa lukisan yang kemarin sudah dia selesaikan menuju galeri, tidak lupa dia menemui mamanya sebelum pergi.
"Ma, Dareen pergi dulu ya. Hari ini ada pameran lukisan. Kalau nanti mama bisa datang, datang ya ma." pinta Dareen lalu mengecup Sonya.
"Nanti mama akan datang, mama masih ada urusan, nanti temen mama datang kerumah." ucap Sonya yang masih sibuk dengan kegiatan di dapur kemudian mengecup pipi anaknya.
"Oke deh ma, doain Dareen ya. Nanti ada Nata loh ma. Kalau mama mau ketemu Nata, mama harus datang ya." Dareen mengedipkan satu matanya, kemudian meninggalkan Sonya.
******
Hari ini memang Dareen sibuk, disibukkan dengan menyiapkan segala keperluan untuk pameran. Gugup yang dirasakan cowok itu saat ini. Dia terus mengigit bibir bawahnya sedari tadi, sambil melirik-lirik ke sekeliling untuk menemukan kehadiran Rena, tapi nihil gadis itu tak kunjung datang.
Dareen lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya untuk mencoba menghubungi Rena. Ponsel gadis itu tetap tidak aktif. Kebingungan dan kekhawatiran melanda Dareen.
Acara sudah dimulai sejak satu jam yang lalu, teman-teman Dareen, Rena bahkan mamanya belum muncul.
"Pada kemana sih? Gila, pada gak inget apa hari ini hari penting?" Gumam Dareen pelan.
Lelaki paruh baya menghampiri Dareen yang sedang berdiri sambil menyenderkan kepalanya di dinding.
"Selamat, lukisan kamu adalah yang terbaik. Para juri sudah memutuskan untuk memamerkan lukisan kamu dalam pameran di gedung kesenian, saya yakin nanti ada investor yang akan melelang lukisan kamu dengan harga tinggi." Ucap Mr.Sulivan sambil menyalami Dareen.
Dareen membuka setengah mulutnya karena kaget tidak percaya, kemudian dia membalas menyalami Mr.Sulivan. "Terimakasih banyak pak sudah terus mendukung saya dan membimbing saya sejauh ini. Kalau bukan karena bapak mungkin saya tidak akan sampai sejauh ini."
Mr.Sulivan mengulum senyum tipis "semua karena usaha kamu nak, sebentar lagi kamu akan dipanggil ke depan acara untuk membawakan sepatah kata." Mr.Sulivan menjeda ucapannya sebentar sambil melirik sekeliling "mana kerabat dan orang tuamu Dareen? Apa mereka tidak datang?"
Raut wajah Dareen langsung berubah masam. "Saya tidak tahu pak, mereka belum datang. Tapi, semoga saja mereka tidak lupa." ucap Dareen seraya menundukkan kepalanya.
Mr.Sulivan menepuk bahu Dareen pelan untuk menyemangati pemuda itu "saya yakin mereka akan datang karena mereka tidak akan melupakan acara ini." Ucap Mr.Sulivan tegas kemudian pergi meninggalkan Dareen yang masih terdiam.
*****
Suasana semakin ramai, dan akan menjadi giliran Dareen untuk membawakan sepatah kata sebagai seorang pemenang. Dia berdiri di depan panggung sambil melamun karena pikirannya kacau sekarang. Sampai sekarang mereka masih belum muncul. Sudah dari tadi Dareen menelepon sahabat-sahabat, Rena bahkan mamanya, tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Dareen berdecak sebal, namanya dipanggil untuk menuju ke atas panggung.
"Terima kasih atas kehadiran tamu undangan dan para finalis yang mewakili perlombaan ini, disini kita sudah mendapatkan pemenang perlombaan lukisan, yang dimana lukisan pemenang akan dipajang di acara pameran lukisan internasional. Saya persilahkan untuk Dareen Raizel Demetrios naik ke atas panggung untuk mengucapkan sepatah kata." Ucap pembawa acara itu sambil menepuk tangan.
Dareen langsung berjalan ke atas panggung. Lelaki tampan berpakaian kemeja panjang, celana levis dan sepatu sneakers itu mendapatkan tepuk tangan meriah dari para pengunjung, dan membuat pengunjung perempuan histeris menjerit karena ketampanan Dareen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
Teen FictionBercerita tentang mereka. Kehidupan, percintaan dan keluarga. Tidak semulus harapan mereka. Mereka dua insan yang tanpa sadar dipertemukan oleh takdir, Siapa sangka suatu keadaan mempertemukan mereka? "Tanpa sadar kau membawa bahagia ku yang hilan...