Bahagia dan rasa sakit itu sama

12 1 0
                                    

"Woi Re, kita semua pada mau kemana dah? Masa mau jalan tapi belum nentuin mau kemana?" tanya Retta yang sudah duduk manis disamping Richard sambil memainkan jemari cowok itu.

Mereka semua sudah di dalam mobil. Rena sampai sekarang juga belum menentukan akan pergi kemana. Dirinya bingung tempat apa yang menurutnya tepat untuk dikunjungi saat ini.

Rena mengeleng mantap "Gw juga gak tau mau kemana Ret. Kira-kira kemana enaknya?"

"Gila lo Re, ngajakin jalan tapi belum tau planingnya kemana." sahut Cherish cepat, heran dengan Rena. Gak biasanya gadis itu mengajak jalan tanpa tujuan. Erick hanya mengeleng menatap Cherish, gadisnya itu memang tak sabaran.

Rena menunduk, merasa tak enak "Kan mendadak. Jadi gak tau. Sorry"

Richard menepuk bahu Rena "Udah gpp Re. Kita gak pada nyalahin elo kali. Uda mending mikirin dulu jadinya kemana."

"Kita ke taman Zoologi Berlin aja. Gimana?" timpal Aile ragu, takut mereka semua tidak setuju dengan pendapatnya. Lagian zaman sekarang mana ada jalan-jalan ke kebun binatang. Erick mengulum senyum tipis, tidak pernah terpikir Aile akan mengajak kesana.

Rena langsung mengangkat tangan cepat "GW SETUJU!" teriak Rena kegirangan. Dia memang belum pernah ke kebun binatang sebelumnya. Dari kecil orangtuanya selalu sibuk setiap kali Rena mengajak mereka ke kebun binatang.

Semua temannya menatap heran Rena. Rena dengan cepat langsung menutup wajahnya dengan telapak tangannya, merasa malu karena hanya dirinya yang merasa antusias.

"Boleh juga usul lo. Antusias banget si Re, hari ini lo aneh banget deh" Retta terkekeh dengan kelakuan Rena yang membuatnya gemas. Richard hanya menepuk jidatnya pelan, tidak habis pikir dengan usulan Aile.

"Udah jangan pada ngeliatin gw begitu, gw malu." Rena masih menutupi wajahnya, sekarang wajahnya sudah benar-benar merah karena malu. Dareen sedari tadi terbahak melihat Rena.

"Kamu ih, uda dibilangin jangan diliatin. Ini malah diketawain lagi." decak Rena sebal pada Dareen, dia menurunkan tangannya dan langsung mencubit pinggang Dareen, lelaki itu merintih sakit.

Erick tertawa mendengar kekesalan Rena "Udah-udah. Ini mau maen cubit-cubitan apa mau jalan?" sindir Erick yang masih tertawa. Dareen hanya mengernyit menatap Erick. Erick yang ditatap langsung membuang muka.

"Langsung cabut aja Rick. Takut kesorean sampe sana." sahut Richard, Erick langsung mengedipkan sebelah mata lewat spion mengiyakan.

*****

Sean papa Rena sekarang sedang berada di perusahaan Wellington yang bergerak di bidang industri keuangan dan investasi.
Perusahaan ini adalah milik rekan kerja sekaligus teman Sean. Tujuan dia datang kemari bukan untuk membicarakan pekerjaan, melainkan untuk bertemu Christopher Wellington. Beliau adalah ayah dari Dave.

Sean tidak perlu mengatur janji untuk bertemu dengan Chris. Semua pegawai disini sudah tahu betul siapa Sean. Sean adalah investor terbesar di perusahaan Chris.
Kantor Chris berada di lantai 21. Sean melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam ruangan itu.

Chris sedang berkutat dengan kertas-kertas di atas mejanya, tidak sadar dengan kehadiran Sean. Sean tanpa menyapa, langsung duduk di kursi depan meja Chris lalu mengetuk meja pelan. Mata Chris terbelalak kaget mendapati Sean yang sudah duduk di ruangannya.

"Sean? Ada apa kau datang kemari? Kenapa tidak menghubungi aku dulu jika mau datang?" tanya Chris pada Sean, Chris langsung menghampiri Sean dan memeluknya. Sean tidak membalas.

"Aku kesini karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan Chris." ucap Sean tegas, tak ada keraguan dari setiap katanya.

Satu alis Chris terangkat "Bicara mengenai apa? Bukankah bisnis kita lancar-lancar saja?"

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang