"Lo tau gak Nat? Berada di pelukan lo kayak sekarang ini bikin gw ngerasa berada di zona nyaman" Dareen terus mengeratkan pelukannya, sementara itu wajah Rena sudah mulai merah merona. Efek ucapan lelaki itu membuat hatinya tidak karuan.
Shit! Pasti sekarang pipi gw blushing banget. Malah nih jantung degupnya kenceng bener. Semoga aja nih anak gak denger
Gadis itu mengulum senyum di bahu Dareen. "Kenapa bisa gitu? Padahal kan cuma dipeluk loh bukan dicium. Kayak anak bayi aja lo demen dipeluk" Rena terkekeh lalu menarik tangannya untuk mengusap rambut lelakinya.
Saat ini yang dia ingin hanya berada di pelukan gadis ini. Perasaan yang selama ini dia tutupi mendadak lepas setelah bercerita. Dirinya terus memeluk Rena, tak mau jauh dari gadis itu.
"Serius Nat. Gw cuma pengen kalau nanti gw sedih lagi. Lo bisa meluk gw kayak sekarang ini"
Lelaki ini sungguh membuat dirinya tidak karuan. Kelakuannya memang tidak bisa ditebak. Mana bisa sedih bisa direncanain seperti itu?
"Iya-iya. Walaupun lo nyaman dipeluk sama gw. Tapi usahain jangan sedih lagi. Kalau nanti lo sedih terus gw lagi gak sama lo gmana?" Tanyanya pelan, karena saat ini dia tidak bisa berjanji untuk terus bersama lelaki itu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.
Rena melepaskan pelukannya lalu menatap lelaki itu. "Karena berhubung lo uda mau terbuka perihal masalah pribadi lo. Gw juga akan cerita tentang kehidupan gw dan semoga aja setelah lo denger. Lo gak akan jauhin gw" ucapnya ragu karena takut jika lelakinya itu akan meninggalkan dirinya setelah mengetahui masa-lalunya.
Dareen menyentil dahi Rena pelan "Apaan sih? Kok ngomongnya gitu? Gak ada alasan buat gw untuk ngejauh dari lo. Jadi lebih baik lo buang jauh pikiran negatif lo" Rena hanya tersenyum lembut, merasa senang dengan perkataan Dareen.
Rena memejamkan matanya membuang nafasnya pelan lalu mulai bercerita "Lo waktu itu pernah nanya kan siapa Dave? Dave itu mantan gw, bisa dibilang cinta pertama gw pas masih SMA dulu. Dia orang pertama yang ngajarin gw arti cinta. Dulu dia sosok cowok romantis, penyayang, dan selalu bisa bikin gw nyaman kalau berada di deket dia" bisiknya pelan menjelaskan.
"Tapi setelah 2 tahun kita pacaran. Semuanya berubah begitu aja. Dave jadi orang yang sering emosian dan yang lebih buat gw terkejut dia jadi sering kasar dan main tangan. Ada kejadian dimana waktu dia kasar sama gw. Tiba-tiba pas gw bangun ternyata gw uda dirumah sakit. Setelah gw sadar dokter bilang kalau gw terkena PTSD biasa orang nyebut nya trauma berkepanjangan karena pengalaman di masa lalu. Dan itu kenapa kemarin lo lihat gw ngelindur saat tidur"
Rena menangis. Air matanya sudah membasahi pipinya. Dia tetap melanjutkan bercerita. Dareen tetap setia mendengarkan.
"Gw sakit Ren, gw sakit. Sakitnya gak bisa disembuhin. Sakitnya bukan fisik, disini Ren sakitnya" lanjutnya lalu menarik tangan Dareen dan menaruh tepat di depan dadanya.
Tanpa pikir lagi Dareen langsung menarik Rena dalam pelukannya. Mengusap lembut punggung gadis itu.
"See? Gw bakal peluk lo juga Nat sama kayak apa yang lo lakuin ke gw tadi. Gw disini Nat. Lo jangan sedih lagi ok. Biarin itu tetap jadi masa lalu lo dan jangan pernah coba buat ngehapus, atau ngelupain masalah itu kalau ujung-ujungnya cuma buat lo tersiksa. Cukup lo tau saat lo sedih atau keinget bahkan bermimpi buruk tentang itu lagi. Lo bisa langsung telepon gw. Dan disaat itu juga gw bakal dateng buat nenangin lo" ucapnya lembut lalu mengusap air mata gadisnya itu dengan ibu jarinya.
Dareen saat ini kesal. Dia marah. Tapi dia tidak bisa menunjukkan emosinya depan Rena. Rasanya sekarang dia ingin memukul dan menghabisi Dave detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
Teen FictionBercerita tentang mereka. Kehidupan, percintaan dan keluarga. Tidak semulus harapan mereka. Mereka dua insan yang tanpa sadar dipertemukan oleh takdir, Siapa sangka suatu keadaan mempertemukan mereka? "Tanpa sadar kau membawa bahagia ku yang hilan...