Daun-daun mulai berguguran sebagai tanda musim dingin akan segera tiba. Cahaya matahari semakin sulit menembus tebalnya awan-awan putih, gagal memberi kehangatan ke rumah mungil di tengah hiruk pikuk kota Seoul. Walaupun dekat dengan pusat kota, pemukiman itu tidak terlalu mewah. Hanya pemukiman biasa masyarakat menengah yang setiap hari selalu disibukkan oleh rutinitas yang sama.
Para lelaki paruh baya bergegas keluar rumah dengan kemeja usang mereka. Para ibu rumah tangga membersihkan meja makan yang baru saja digunakan untuk sarapan. Para anak bergegas memakai seragam untuk pergi ke sekolah. Kesibukan yang selalu sama dan berulang.
Namun ada yang berbeda dengan rumah di ujung jalan itu. Sang kepala keluarga telah pergi bekerja, ibu rumah tangga sudah mulai beralih ke cucian baju setelah membersihkan sisa sarapan, namun sang anak masih tergeletak di atas kasur empuk dan tidak berniat untuk bangun dari sana. Bahkan gadis itu menarik selimutnya hingga menutupi kepala.
"Coba lihat anak ini." keluh Woohee melihat anak semata wayangnya masih meringkuk di balik selimut. "Kau harusnya malu dengan semua tetangga disini!" Ia menepuk pantat anaknya dengan keras, berhasil membuat gadis itu membuka mata.
"Ibu!" Ia menjerit dan langsung bangkit dari posisi tidurnya. "Kau yang seharusnya malu karena berisik di pagi buta seperti ini." Ia menendang-nendang ke udara.
Woohee membelalakan matanya. "Astaga lihat gadis ini." Ia kembali memukul paha gadis itu. "Kau kira berapa usiamu? Lima tahun? Seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun sepertimu seharusnya sudah bekerja sekarang! Untuk apa kau mendapatkan ijazah itu? Untuk dijadikan pajangan di rumah ini? Aku tidak perlu pajangan lagi. Rumah ini sudah cukup sempit untuk semua sampah seperti itu."
Ceramah panjang ibunya cukup membuat gadis itu geram. "Dengar ini, aku, Son Na Eun, anak dari Son Jae Il dan Go Woo Hee, akan mendapatkan pekerjaan hari ini." ucapnya dengan penuh penekanan.
"Kau pikir pekerjaan akan datang dengan sendirinya? Memangnya kau siapa? Anak dewa?" jawab Woohee tak acuh.
"Aissh setidaknya kau harus percaya pada anakmu ini." Naeun menggulung rambutnya sebelum kembali berbicara. "Hari ini aku ada wawancara. Kali ini pasti lolos."
Woohee kini duduk di sebelah anaknya dengan mata berbinar. Jelas ia mengharapkan sesuatu. "Perusahaan mana? Apa perusahaan besar?"
"Itu..aku akan beri tahu jika aku sudah diterima." jawab Naeun sambil tersenyum dengan paksaan.
"Ya! Perusahaan apa?" Nada suara Woohee kembali naik. Ia tahu pasti ada yang tidak beres.
Naeun segera turun dari kasurnya dan menarik Woohee untuk keluar dari kamar. "Aku akan bersiap-siap jadi ibu sebaiknya keluar sekarang."
"Kau belum menjawab pertanyaanku anak nakal!"
"Aku akan sangat berterima kasih jika kau membuatkanku sarapan." ucap Naeun sebelum menutup pintu dan menguncinya.
Gadis itu menarik nafas lega lalu berjalan menuju meja belajar di mana secarik kertas tergeletak disana. Ia mengambil kertas dengan logo yang sering ia lihat terpampang di sudut kertas. "SN Entertainment. Kau tidak akan suka mendengar ini." Ia melirik ke arah pintu di mana terakhir ia melihat ibunya.
---
a/n:
suka cerita ini? tinggalkan like dan komentar ya! thank u!
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
FanfictionSon Na Eun, seorang gadis yang selalu jauh dari dunia hiburan kini harus bekerja di salah satu perusahaan agensi terbesar di Korea Selatan. Hari-harinya tidak mudah sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan tersebut dan semakin buruk setelah dirin...