tiga puluh dua: aku (juga) cemburu

271 49 12
                                    

"Terima kasih sudah mengantar." Naeun menunduk sopan di luar pintu mobil milik Han Jan Mi.

Janmi tersenyum dari dalam mobil. "Rasanya aneh mengantarmu pulang." Wanita itu tertawa. Namun Naeun tahu, wanita itu tidak benar-benar tertawa bahagia.

Naeun hanya bisa tersenyum menanggapinya. "Hati-hati di jalan." ucapnya lagi.

Janmi hanya mengangguk lalu membawa kendaraan roda empat itu pergi dari sana. Naeun segera menghela nafas setelah mobil itu benar-benar pergi. Bukan karena ia tidak suka, namun sekarang ia merasa gugup setiap kali berada di sekitar wanita itu. Ia tidak terbiasa dengan kehadiran ibunya.

Naeun langsung masuk ke dalam kamar begitu tiba. Ia berganti pakaian dan langsung naik ke tempat tidur. Hari ini rasanya lelah namun menyenangkan. Satu per satu masalah yang ia alami terurai. Tidak seluruhnya, namun cukup membuat hatinya sedikit lebih tenang. Satu pertanyaan kini menggantung dalam pikirannya, sekarang apa yang harus ia lakukan? Apa ia akan tetap bekerja seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa? Apa ia akan baik-baik saja seperti sekarang jika tetap bekerja di dunia itu? Atau sebaiknya ia berhenti dan memulai awal yang baru? Naeun tidak yakin.

Gadis itu baru saja mematikan lampu kamar ketika ponselnya berdering. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut setelah melihat nama Park Chan Yeol yang muncul. "Halo." sapa Naeun.

"Kau sudah tiba di rumah?" suara khas lelaki itu memasuki telinga Naeun dengan perlahan.

Naeun mengangguk walaupun lawan bicaranya tidak bisa melihatnya. "Sudah. Bagaimana denganmu?"

"Aku baru saja tiba dan tidak ada orang disini."

"Kau menghubungiku karena bosan?"

"Aku menghubungimu selagi bisa. Jika bocah-bocah itu ada disini maka aku tidak bisa menghubungimu."

Naeun tersenyum mendengarnya. Chanyeol selalu berhasil menyentuh hati kecil Naeun. "Lebih baik kau istirahat selagi bisa." ucap Naeun jujur. Ia melihat kantung mata lelaki itu semakin menghitam seiring berjalannya waktu.

Naeun dapat mendengar Chanyeol menghela nafas di ujung sana. "Mendengar suaramu cukup untuk menghilangkan lelah."

Naeun ingin melihat wajah lelaki itu ketika mengatakannya. "Sekarang aku tahu kenapa banyak gadis yang jatuh cinta padamu, Chanyeol-ssi." Ia tersenyum tipis.

"Akhirnya kau mengakui pesonaku." Nada suara lelaki itu sangat angkuh namun Naeun tahu itu hanya lelucon.

"Aku harap kau tidak mengatakan hal-hal seperti itu pada gadis lain." ucap Naeun mengingat bahwa ada orang lain yang juga menyayangi Chanyeol, ia tidak ingin lelaki itu memberi perhatian yang sama. Naeun sangat berani untuk mengatakan hal itu. Jika saja mereka bertatapan wajah, Naeun tidak akan berani mengatakannya.

Chanyeol tertawa di bagian lain sambungan. "Apa kau baru saja mengatakan bahwa kau cemburu?"

Naeun lagi-lagi mengangguk. "Kau pikir aku tidak bisa merasa cemburu? Aku tentu bisa cemburu terhadap gadis yang jauh lebih baik dari diriku." Segalanya lebih mudah Naeun bicarakan jika mereka tidak berhadapan secara langsung.

"Lalu siapa gadis itu?"

Naeun terdiam. Sepertinya Chanyeol tidak menyadari bagaimana perasaan Namjoo terhadap dirinya. Naeun pun tidak memiliki hak untuk mengatakan hal itu kepada Chanyeol.

"Kau tidak cemburu pada Oh Cho Rong 'kan?" tebak Chanyeol.

Naeun berpikir sejenak siapa gadis yang baru saja Chanyeol sebutkan namanya dan baru tersadar beberapa detik kemudian bahwa gadis itu adalah lawan main Chanyeol dalam acara kencannya. "Apa dia lebih baik daripada aku?" tanya Naeun penasaran.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang