dua belas: dilindungi

319 51 13
                                    

Namjoo baru saja menyelesaikan satu lagi lagu baru untuk artis yang akan segera debut dalam waktu tiga bulan. Tubuhnya sangat letih. Jam sudah menunjukkan pukul dua malam dan gadis itu masih berkutat dengan komputernya di lantai tiga gedung SN.

Ia merenggangkan kedua tangannya di udara untuk melemaskan otot-otot kaku yang ia miliki. Rasanya hampir semua orang sudah pulang ke rumah mereka malam ini atau lebih tepatnya pagi ini. Hanya manusia-manusia gila kerja yang masih berada di kantor ketika orang lain sudah tertidur pulas.

"Kau belum pulang?"

Namjoo melompat berdiri dari kursi ketika tiba-tiba mendengar suara dari belakangnya. Ia menghembuskan nafas lega ketika melihat siapa yang berdiri disana. "Apa yang kau lakukan tengah malam begini?" tanya Namjoo heran melihat Chanyeol ada disana.

Chanyeol mengangkat tablet di tangan kanannya. "Jongin meninggalkan ini di studio rekaman dan dia tidak berhenti merengek sampai aku membawakannya."

"Lalu di mana dia?"

"Toilet."

"..."

"..."

Chanyeol melirik komputer di belakang Namjoo. "Kau harus berhenti terobsesi dengan pekerjaanmu." Ia sangat tahu bahwa gadis di hadapannya sangat terobsesi dengan musik.

Namjoo ikut melihat komputer di belakangnya. "Aku hanya ingin menyelesaikannya sebelum besok." jawab gadis itu.

"Maksudmu hari ini?" Chanyeol menyinggung Namjoo dengan jelas.

Namjoo hanya tersenyum. "Sebaiknya kau segera pulang."

"Bukankah aku yang seharusnya berkata seperti itu?"

"Masih ada beberapa hal yang harus aku kerjakan."

"Mau aku temani?"

Namjoo menegak air liurnya lalu segera kembali duduk membelakangi Chanyeol. "Tidak perlu." jawabnya.

"Kau sudah makan?"

"Sudah."

"Mau kopi?"

"Tidak."

"Aku akan pergi sekarang."

"Baiklah."

Chanyeol melangkah maju lalu memutar kursi gadis itu, membuat mereka saling berhadapan. "Aku akan mengatakan ini lalu pergi. Selesaikanlah pekerjaanmu dalam tiga puluh menit. Jangan pulang sendirian. Panggil supir. Jangan tertidur disini atau pun di mobil. Hubungi aku jika terjadi apa-apa. Jika tidak terjadi apa-apa, kau juga boleh menghubungiku."

Lelaki itu tersenyum lebar. "Aku benar-benar akan pergi sekarang. Selamat malam." Ia mengusap puncak kepala Namjoo dan melangkah pergi dari hadapan gadis itu.

Namjoo menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi seraya memperhatikan punggung Chanyeol yang semakin menjauh. "Sampai kapan kau akan seperti ini?" gumam gadis itu sebelum punggung Chanyeol benar-benar hilang dari pandangannya.

---

Lagi-lagi pagi yang buruk untuk memulai hari. Woohee masih tidak berbicara sepatah kata pun kepada gadis semata wayangnya. Ini bahkan lebih seram daripada wanita tua itu mengomel setiap saat.

Jaeil yang biasanya menjadi penengah pun kini tampak hanya diam. Entah karena ia tidak tahu permasalahan mereka atau ia tahu dan memilih diam. Namun hal itu tentu tidak membantu kedua belah pihak sama sekali. Bukankah seharusnya lelaki satu-satunya disitu menjadi penengah di antara Naeun dan ibunya?

"Aku akan pergi sekarang." ucap Jaeil setelah meminum tegukan terakhir air di gelasnya.

Naeun segera berdiri dan meraih tasnya yang menggantung di kursi yang ia duduki. "Bisakah ayah mengantarku juga?" tanya Naeun yang langsung mengundang tatapan heran kedua orang tuanya.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang