lima belas: siapa dia?

352 56 16
                                    

Langit sudah sangat gelap ketika Naeun menyusuri jalanan menuju rumahnya. Jalanan komplek perumahaan itu pun sudah sangat sepi. Nyaris tidak ada kendaraan maupun orang yang melintas. Namun suasana seperti itu tidak lagi membuat Naeun khawatir. Yang ia khawatirkan adalah bagaimana sikap kedua orang tuanya nanti saat ia tiba di rumah. Apa mereka masih marah padanya?

Naeun sudah tiba di ujung jalan menuju rumahnya ketika melihat sebuah mobil baru saja pergi dari arah rumah gadis itu. Ia menyipitkan matanya untuk menyidik siapa tamu yang datang ke rumahnya selarut ini. Selama ini tidak pernah ada tamu yang datang ke rumah mereka.

"Seorang wanita?" gumam Naeun ketika mobil itu berjalan melewatinya. Bayangan seorang wanita yang duduk di balik kemudi tidak terlalu jelas karena gelapnya malam.

Mata Naeun masih terus terpaku pada kendaraan yang semakin menjauh itu ketika seseorang meneriakkan namanya. Ketika ia menoleh ia mendapati ibunya sedang berdiri di depan rumah mereka dan memberikan isyarat agar gadis itu segera masuk.

"Siapa dia?" tanya Naeun ketika ia dan Woohee sudah tiba di dalam rumah.

"Siapa maksudmu?" tanya Woohee sambil melanjutkan langkahnya menuju dapur.

"Wanita tadi." jawab Naeun lalu melepaskan tasnya dan menaruhnya di meja.

Woohee menyembunyikan wajahnya di balik pintu kulkas ketika menjawab, "Tidak ada siapa-siapa sejak tadi."

Naeun berdecak heran. "Aku cukup yakin mobil tadi berasal dari rumah ini. Rumah kita ada di ujung jalan." gumam gadis itu.

"Kau sudah makan?" tanya Woohee tanpa menghiraukan pertanyaan anaknya sejak awal.

Naeun berhenti berpikir ketika ia sadar akan sesuatu yang lain. "Ibu, kau sudah tidak marah padaku?" tanya gadis itu lalu segera menghampiri ibunya.

Woohee mengeluarkan sebotol susu dari dalam kulkas. "Memangnya kapan aku marah padamu?" Ia menaruh botol di atas meja dan menyiapkan satu buah gelas.

"Ah, benar." Naeun berdecak mengerti. "Kau memang selalu begini." Ia lega karena hubungan mereka sudah kembali begitu saja walaupun ia tidak tahu alasannya.

Woohee menuangkan susu dari botol ke dalam gelas. "Minum ini lalu segera tidur." Ia memberikan gelas tersebut kepada Naeun.

Naeun menatap gelas itu dengan curiga. "Kau yakin tidak memasukkan sesuatu yang aneh ke dalamnya?" Ia mengamati gelas dengan seksama.

"Kau pikir aku akan meracuni anak yang selama ini aku besarkan dengan susah payah?!" sentak Woohee tiba-tiba. Wanita itu membuang nafas dengan berat lalu memejamkan mata sesaat. "Aku sudah menahan amarahku sejak tadi. Bisakah kau hanya minum ini dan pergi tidur?" lanjutnya.

Naeun menelan ludah karena sentakan yang tiba-tiba sebelum akhirnya tersenyum. "Kau lebih cocok seperti ini. Seperti ibuku." ucap Naeun lalu mengambil gelas tersebut dan menghabiskan isinya dalam sekali minum.

"Aku ke kamar kalau begitu. Selamat malam, ibu." Naeun memberikan gelas kosong kepada Woohee dan mengecup pipi wanita itu sebelum akhirnya pergi ke kamarnya.

Woohee terduduk ketika Naeun sudah tidak lagi melihatnya. Lutut wanita itu mendadak lemas. Dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu bahwa ketika waktunya tiba akan seberat ini. Air mata wanita itu terjatuh ketika ia mulai mengatakan, "Maafkan aku, Naeun-ah."

---

"Selamat pagi, Naeun-ah."

Naeun hampir melompat karena tekejut akan wajah Chanyeol yang tiba-tiba muncul di depan wajahnya. "Apa kau baru saja bicara informal padaku?" tanya Naeun sinis.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang