sepuluh: bahkan untuk tersenyum?

355 59 10
                                    

"Jadi dia meninggalkannya begitu saja?" tanya Sehun setelah Naeun menyerahkan ponsel Chanyeol kepadanya.

Naeun mengangguk. "Dia pasti sangat ceroboh terhadap barang-barangnya." ujar Naeun.

Sehun menatap ponsel Chanyeol ditangannya. "Kurasa tidak." Ia mendongak dan langsung menatap tatapan polos gadis di hadapannya.

Beberapa menit yang lalu Sehun menghubungi ponsel Chanyeol untuk meminta lelaki itu agar segera menuju studio latihan mereka. Namun bukan suara berat milik Chanyeol yang ia dapatkan, tapi malah suara lembut gadis yang kini berdiri di depannya.

"Tidak biasanya Chanyeol melupakan barang sepenting ini." jawab Sehun lalu tersenyum. "Terima kasih. Maaf sudah membuatmu repot karena harus mengantarkannya kemari."

"Ah, tidak masalah." ucap Naeun. Ia mengintip ke dalam studio latihan, berharap menemukan seseorang yang ia cari. "Sebenarnya.." Naeun ingin bertemu dengan Chanyeol dan menanyakan maksud perkataan lelaki itu tadi. Namun ia mengurungkan niatnya dan hanya menggeleng.

"Ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Sehun melihat kata-kata Naeun yang mendadak berhenti.

"Bukan apa-apa. Kalau begitu aku permisi." Naeun menunduk sopan lalu pergi dari hadapan Sehun.

Di mana sebenarnya lelaki itu? Pikir Naeun seraya kembali melangkah menuju lift. Ia harus segera kembali ke pekerjaannya. Hari ini ia sudah cukup membuang-buang waktu untuk hal yang tidak perlu. Apa yang akan dikatakan Bomi kali ini?

Ting.

Pintu lift di hadapannya kembali terbuka.

"Ah, seharusnya aku tahu di mana harus mencarimu." gumam Naeun ketika melihat Chanyeol berdiri di dalam lift, menghadap ke arahnya.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Chanyeol heran.

Naeun melangkah masuk ke dalam lift. "Kau meninggalkan ponselmu tadi. Aku sudah memberikannya kepada Sehun." jawab Naeun.

Chanyeol tertawa sinis mendengarnya. "Kau tentu sangat senang karena bertemu dengan cinta pertamamu itu." ucapnya.

Naeun melirik lelaki tinggi di sebelahnya dengan jengkel. "Bukankah sebaiknya kau segera turun?"

"Sebaiknya kita membicarakan masalah kemarin agar tidak terulang. Hanya kita berdua." ucap Chanyeol lalu menekan tombol agar pintu lift kembali tertutup.

"Kau gila? Gedung ini dikepung puluhan wartawan. Bagaimana jika mereka melihat kita lagi?" Naeun membelalakan matanya.

"Aku tidak akan ceroboh lagi." Chanyeol menekan tombol lantai paling atas bangunan itu. "Kita harus meluruskan semua urusan kita."

Naeun berdecak kesal ketika lift mulai bergerak naik. "Bukankah kita sibuk? Kau harus kembali berlatih dan aku harus kembali duduk di balik meja." ucap Naeun.

"Benarkah?" Chanyeol melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kukira sekarang saatnya makan siang." jawab lelaki itu.

Naeun ikut melirik jam tangan lelaki itu. "Kau harus membayar jam makan siangku!" teriak Naeun.

Chanyeol hanya mengangguk dengan patuh. "Baiklah." sahutnya.

Naeun menatap heran lelaki di sebelahnya beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum. Mungkin lelaki ini memang tidak seburuk pikirannya selama ini.

"Wah aku baru tahu ada tempat seperti ini di tempat kerjaku." ucap Naeun begitu mereka tiba di atap gedung SN yang terdiri atas taman kecil dan dikelilingi kursi-kursi untuk bersantai.

"Kau kira kemana larinya para idola ketika penat dan tidak bisa keluar dari gedung ini?" ucap Chanyeol lalu duduk di salah satu kursi kayu cokelat disana.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang