tiga puluh empat: berita besar

257 48 15
                                    

Janmi tidak bisa menahan tawanya setelah Naeun menceritakan semua kejadian antara dirinya dengan Chanyeol kemarin. Bagi wanita itu, keduanya tampak sangat manis. Cerita cinta dimasa muda memang sangat manis dengan lika-liku romantis. "Kau jelas sedang cemburu, Naeun-ah." ucap Janmi setelah berhenti dari tawa.

Naeun mengerutkan bibirnya kesal. "Aku tidak masalah jika ia bekerja dengan gadis itu. Tapi bukankah berlebihan jika saling mengirimi hadiah di belakang layar?" gerutu Naeun lagi.

"Mungkin mereka hanya menjaga hubungan sebagai rekan kerja." jawab Janmi lalu menghirup kopi hangatnya.

Naeun masih merengut. "Tetap saja bagiku itu tidak benar." keluhnya.

"Apa ini pertama kalinya kau berkencan?" tanya Janmi. Melihat sikap anak semata wayangnya yang seperti ini, ia bisa menebak ini adalah pengalaman pertamanya.

Naeun memegang kedua pipinya yang mendadak memanas. "Apa terlihat sangat jelas?" tanya gadis itu malu.

Janmi mengangguk. "Jadi Chanyeol cinta pertamamu?"

Naeun kembali menurunkan tangannya dari pipi. "Entahlah. Aku tidak yakin." jawab gadis itu ragu. Ia tidak yakin seperti apa rasanya cinta pertama yang selalu orang bicarakan itu.

"Apa kau pernah menyukai orang lain sebelumnya?"

"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu." jawab Naeun. "Apa kau mengingat Chanyeol sebelumnya?"

Janmi tampak bingung dengan pertanyaan yang diajukan Naeun. "Entahlah, aku tidak mengerti maksudmu."

"Chanyeol bilang kami pernah bertemu ketika kami tinggal di Kanada. Apa kau mengingatnya?" tanya Naeun. Ia hanya ingin memastikan kebenaran perkataan Chanyeol.

Janmi tampak berpikir untuk beberapa saat. "Ah, jadi bocah lelaki itu adalah dia?" ucap Janmi ketika mengingat satu-satunya teman terdekat Naeun kecil. "Kebetulan macam apa ini?" lanjutnya.

"Jadi itu benar?" tanya Naeun. "Aku bahkan tidak bisa mengingat apapun." gumamnya.

"Maaf karena sudah meninggalkanmu sendirian selama ini." ucap Janmi dengan penuh rasa bersalah.

Naeun tidak ingin mendengar penyesalan dari ibunya lagi. "Aku yang meninggalkanmu dengan semua kenangan kita dulu." jawab Naeun tersenyum.

"Apa kau tidak keberatan jika kita membuat kenangan-kenangan baru mulai sekarang? Cukup tinggalkan semua kenangan buruk dimasa lalu." ucap Janmi lalu menggenggam tangan Naeun.

Naeun mengangguk dengan tulus. Ia tidak bisa membiarkan ibunya merasa kesepian lagi.

"Tinggalah denganku, Naeun-ah." pinta Janmi. "Aku tahu aku seperti memaksa. Tapi aku sangat ingin kau kembali tinggal bersamaku. Biarkan aku menebus sepuluh tahun yang aku lewatkan."

Kali ini Naeun diam. Ia tidak langsung mengangguk setuju. Tentu saja ia ingin tinggal bersama ibunya. Lalu bagaimana dengan Woohee dan Jaeil yang selama ini merawatnya? Ia juga tidak bisa meninggalkan kedua orang itu begitu saja.

"Aku akan memikirkannya." jawab Naeun pada akhirnya.

---

Chanyeol baru saja selesai mengganti pakaian ketika Chorong menghampirinya. Gadis itu tampan cantik seperti biasanya. Chanyeol tidak dapat menyangkal bahwa gadis itu memang sangat cantik dan anggun. Tanpa disadari Chanyeol tertawa begitu mengingat Naeun yang tidak tampak anggun sama sekali ketika menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa ada yang lucu?" tanya Chorong heran melihat lelaki di hadapannya tertawa.

Chanyeol menggeleng dengan sisa senyum di bibir. "Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu." jawabnya.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang