Bukan hanya mengacaukan hari pertama, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu mengacaukan minggu pertama ia bekerja. Itu wajar saja mengingat ia tidak memiliki pengalaman bekerja di mana pun. Namun bagi Bomi itu bukan alasan yang masuk akal. Semua orang dapat belajar dan menjadi lebih baik jika orang itu memiliki keinginan untuk berubah. Namun di mata Bomi, Naeun bahkan tidak memiliki minat untuk berubah. Karena hal itu lah ia memanggil Naeun ke ruangannya untuk yang kedua kalinya hari itu.
"Apa lagi yang harus aku katakan padamu?" tanya Bomi dengan logat yang kini sudah melekat di kepala Naeun.
Seperti biasanya Naeun menunduk dalam seraya berkata, "Aku minta maaf."
"Kita baru bertemu satu minggu tetapi aku sudah mendengar permintaan maafmu sebanyak para pegawai yang sudah bekerja selama setahun." ucap Bomi datar. "Apa kau tahu kesalahanmu?"
Naeun lagi-lagi menggigit bibir. "Aku minta maaf."
Bomi membuang nafas lelah. "Aku benar-benar kehabisan kata. Sebenarnya untuk apa kau bekerja disini?" Ia menatap Naeun tajam, seakan ada laser yang memancar tepat di jantung gadis itu.
"Aku.." Naeun menghela nafas pasrah. "Tidak tahu."
"Itu bukan jawaban yang ingin aku dengar. Kau tahu?" tegur Bomi, lagi.
"Aku min--"
"Istirahat lah hari ini." potong Bomi.
"Iya." Naeun mengiyakan pasrah. "Tunggu--apa?" Ia segera membelalakan mata begitu sadar perkataan itu bisa saja berarti pemecatan.
"Istirahat." jawab Bomi. "Pikirkan alasanmu bekerja disini dan beri tahu aku kenapa aku harus mempertahankanmu bekerja disini saat kau bahkan tidak tahu alasanmu bekerja disini." jelasnya.
Naeun mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali untuk menyerap semua perkataan atasannya itu. "Maksud anda?"
"Jangan melakukan apapun hari ini selain memikirkan alasanmu bekerja disini." Bomi kembali menjelaskan dengan singkat. Berharap pegawai barunya itu dapat mengerti. Tetapi jika tidak, ia juga tidak peduli. "Kau boleh keluar sekarang."
Naeun menunduk sekali lagi sebelum pergi keluar ruangan.
"Apa yang dikatakannya kali ini?" tanya Hayoung, gadis yang meminta tolong kepada Naeun di hari pertama ia bekerja.
Naeun duduk di mejanya lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Ia bilang aku tidak perlu melakukan apapun hari ini selain berpikir." jawab Naeun. Ucapan Bomi beberapa menit yang lalu terus memutar dipikirannya.
"Benarkah? Jadi kau tidak akan melakukan apapun sedangkan aku melakukan semua pekerjaan?" tanya Hayoung iri.
Naeun segera mengangkat kepalanya dan menatap teman barunya itu. "Apa ada yang mau kubantu?" Ia menawarkan.
Hayoung segera menggelengkan kepala. "Tidak. Sebaiknya kau merenungkan kesalahanmu seperti yang diperintahkan wakil manajer."
"Seberapa lama pun aku merenung itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Lebih baik aku bekerja walaupun hanya mengantarkan kopi." keluh Naeun lalu mengambil permen dari gelas kecil di meja kerjanya.
"Ah ngomong-ngomong tentang kopi.." Hayoung teringat sesuatu. "Seseorang memintaku membawakan kopi tapi aku lupa dan masih banyak pekerjaan disini."
Naeun terdiam. Menunggu permintaan yang ia tahu akan dilontarkan dari bibir Hayoung.
"Bisakah kau membelinya di bawah lalu mengantarnya ke lantai tujuh?"
Alis Naeun terangkat heran. "Lantai tujuh?"
---
Dua gerakan terakhir dan selesai. Delapan orang di dalam ruangan yang dikelilingi dinding cermin itu bertepuk tangan setelah latihan mereka siang itu berakhir. Keringat sedikit demi sedikit menetes melalui dahi hingga ke leher. Beberapa memilih pergi keluar untuk mencari udara, beberapa lainnya memilih tergeletak di atas sofa yang terletak di salah satu sudut ruangan. Selain dua sofa panjang di sudut, tidak ada apapun lagi di ruangan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
Fiksi PenggemarSon Na Eun, seorang gadis yang selalu jauh dari dunia hiburan kini harus bekerja di salah satu perusahaan agensi terbesar di Korea Selatan. Hari-harinya tidak mudah sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan tersebut dan semakin buruk setelah dirin...