lima: menjadi pengantar kopi

333 55 9
                                    

"Selamat pagi, Naeun-ssi."

Naeun mendongak dan langsung menatap secangkir kopi hangat di depan wajah. "Ini untukku?" Ia meraihnya lalu menggenggam gelas kertas tersebut dengan kedua tangan, membiarkan hangat menjalari tangannya.

"Terima kasih sudah membantuku kemarin." jawab Hayoung lalu duduk di mejanya, berhadapan dengan meja Naeun.

Naeun tersenyum lalu mengangguk. "Bukan apa-apa, lagi pula tidak ada hal lain yang bisa kulakukan disini."

"Tepat sekali."

Naeun merutuk mendengar nada suara itu. Ini masih sangat pagi untuk dirinya mendapat ocehan. Ia bahkan belum melakukan apapun sama sekali pagi ini, bagaimana mungkin ia melakukan kesalahan?

Naeun segera berdiri lalu berbalik badan. Ia membungkuk sopan sambil menyapa atasannya. "Selamat pagi, wakil manajer." sapanya.

"Kemarin kau bilang kau bekerja disini karena kau membutuhkannya, begitu?" ucap Bomi tanpa menyambut sapaan Naeun terlebih dahulu.

"Iya." jawab Naeun dengan pasrah. Tidak ada yang bisa ia katakan selain itu.

Bomi menatap Naeun dengan heran. "Apa kau melakukan sesuatu kemarin? Karena aku mendapat permintaan khusus untukmu."

"Aku tidak melakukan apapun selain mengantarkan kopi."

"Itu dia permintaan khususnya. Mereka meminta kau mengantarkan kopi setiap mereka selesai latihan. Kau tahu? Lantai tujuh." jelas Bomi.

Naeun menelan ludah lalu tersedak karenanya. "Tapi kenapa aku harus melakukan itu? Aku bukan asisten mereka." jawab Naeun. Ia tentu mendapat gelar sarjana bukan untuk menjadi pengantar kopi.

"Tapi kau tidak punya pilihan lain. Kau bilang kau membutuhkan pekerjaan." jawab Bomi. "Jika kau tidak ingin melakukannya, kau boleh berhenti."

"Tunggu," tukas Naeun masih tidak terima. "Apa alasannya?"

"Bagaimana aku memulainya?" Bomi tampak berpikir. Ia melipat kedua tangan di depan dada, terlihat mengintimidasi lawan bicaranya. "Kau bilang kau bekerja disini hanya karena kau membutuhkannya. Tetapi kurasa departemen ini tidak membutuhkan apa-apa darimu. Lalu aku membicarakan ini dengan manajer untuk mempertimbangkan apa kau sebaiknya tetap bekerja disini atau tidak."

Naeun merasa nafasnya tercekat. Apa karir pertamanya hanya bertahan selama satu minggu? Astaga ini benar-benar buruk. Jika ia kembali menganggur ibunya akan mengoceh lebih banyak dari sebelumnya.

"Saat itu lah sebuah permintaan muncul. Kau bisa menjadi pengantar kopi untuk grup idol di lantai tujuh." lanjut Bomi. "Tentu saja kau tetap bekerja di departemen ini jika ada yang bisa kau bantu. Bagaimana?"

Naeun akhirnya hanya mengangguk dengan lemah. Apa ia memiliki pilihan lain?

---

Dua orang lelaki tampak sedang asik menikmati sarapan mereka. Lelaki berdasi memotong burger dengan pisau dan garpu sedangkan lelaki bersweater memakannya dengan tangan begitu saja. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan menyisakan mayonaise di bibir setelah menggigitnya.

"Kau harus begini untuk menikmati burger." ucap lelaki bersweater itu.

Gitae, lelaki berdasi itu mengambil sapu tangan dan melemparkannya ke lelaki di depannya. "Sampai kapan kau akan bertingkah seperti anak kecil?" tegurnya.

Baekhyun meraih sapu tangan yang dilemparkan sepupunya itu. "Kau yang berlebihan. Aku bertingkah sesuai dengan usiaku." Ia mengelap bibirnya.

"Terserah. Habiskan saja itu lalu cepat pergi." ucap Gitae lalu kembali sibuk dengan alat makannya.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang