Langit belum menjadi gelap ketika Naeun selesai dengan pekerjaannya. Mungkin selesai bukan kata yang tepat karena tidak ada yang bisa ia kerjakan lagi hari itu tetapi banyak hal lain yang menunggu di hari esok. Ia hanya bisa pulang lebih awal karena ketiga lelaki yang sebelumnya rapat dengan dirinya harus pergi untuk pekerjaan lain. Naeun tidak ingat kemana mereka pergi dan ia rasa ia tidak perlu tahu.
Gadis itu baru saja tiba di lantai dasar ketika berpapasan dengan Sehun yang juga baru saja tiba. Lelaki itu tampak kelelahan setelah pekerjaannya namun masih dapat menunjukkan senyum ketika melihat wajah gadis yang dikenalnya.
"Kau akan pulang?" tanya Sehun seraya menghampiri gadis itu.
Naeun mengangguk. "Kau sudah selesai dengan wawancaramu? Sepertinya kau sangat lelah."
Sehun tersenyum mendengar kata-kata Naeun. "Kau masih sama, Naeun-ah." ujar lelaki itu.
"Apa?" tanya Naeun heran.
"Kau selalu perhatian." jawab Sehun dengan senyum tulus. Tatapannya yang biasa tajam kini meneduh, Naeun bisa melihat kejujuran di sorot mata itu. "Siapapun akan jatuh hati dengan mudah padamu." lanjut lelaki itu.
Naeun tersipu malu. Hal itu terlihat dengan jelas dari rona merah di pipinya. "Orang lebih mudah hatuh hati padamu." pujinya kembali.
Untuk beberapa detik keduanya hanya terdiam tanpa melanjutkan perbincangan atau memutuskan untuk berpisah. Naeun sendiri tidak tahu mengapa ia merasa ia harus tetap berada disana. Padahal tidak ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan lelaki itu.
"Kurasa aku belum pernah mentraktirmu minum." Sehun memecah keheningan sesaat. Ia pun menunjukkan kunci mobil di tangannya ke arah Naeun. "Dan aku dipinjami mobil hari ini. Mau pergi bersama?"
"Pergi?" tanya Naeun, entah kenapa rasanya seperti lelaki itu mengajaknya berkencan. Namun Naeun menyukai ide itu. Ia ingin pergi untuk menyegarkan kembali pikirannya. Ia akhirnya mengangguk.
Maka kedua orang itu pergi menggunakan mobil SUV milik perusahaan. Sehun mengajak Naeun ke sebuah restoran tradisional yang terletak di atas bukit. Dari tempat mereka makan, pemandangan kota Seoul di musim dingin terlihat jelas. Atap gedung-gedung tampak putih tertutup salju. Lampu-lampu pun mulai menyala karena langit mulai gelap. Suara-suara perlahan menghilang teredam salju.
"Aku baru tahu ada tempat seperti ini tak jauh dari kota." ucap Naeun sambil menatap keluar jendela di samping meja mereka.
Sehun ikut menatap keluar. "Aku aman berada disini. Jauh dari media." ucap lelaki itu.
Naeun menoleh ke arah lelaki di hadapannya. "Kurasa kau sering datang kemari?" tanya Naeun.
Sehun tersenyum lalu mengangguk. "Sejak smp mungkin? Aku tidak tahu kapan tepatnya."
"Wah itu sudah sangat lama." Naeun meraih secangkir teh hangat untuk meningkatkan suhu tubuhnya. "Seharusnya aku sering kemari saat sma." gumam Naeun namun masih dapat didengar oleh lawan bicaranya.
Sehun menatap Naeun lalu tersenyum jahil. "Memangnya ada apa?" tanya lelaki itu.
Naeun hanya menggeleng lalu menoleh ke arah lain.
"Aku menyukaimu."
Naeun menyembur air teh yang ada di mulutnya. Sehun segera mengambil tisu lalu memberikannya pada Naeun. "Apa katamu?" tanya Naeun setelah membersihkan mulutnya.
"Kau sepertinya sangat terkejut." jawab Sehun. "Maksudku, dulu. Dulu aku menyukaimu." jelas lelaki itu.
Naeun mengerjapkan mata. Ia tidak dapat percaya kata-kata yang baru saja didengarnya juga ia tidak tahu untuk apa Sehun mengatakan hal itu. "Lalu untuk apa kau mengatakan itu sekarang?" tanya Naeun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
FanfictionSon Na Eun, seorang gadis yang selalu jauh dari dunia hiburan kini harus bekerja di salah satu perusahaan agensi terbesar di Korea Selatan. Hari-harinya tidak mudah sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan tersebut dan semakin buruk setelah dirin...