tiga puluh tiga: awal dan akhir

247 44 12
                                    

"Kau sepertinya sedang banyak pikiran."

Naeun memperhatikan Chanyeol yang sedari tadi hanya memainkan sumpit. Lelaki itu belum menyentuh makan malamnya sedikit pun. Chanyeol juga tidak mengatakan apa-apa padahal ia yang mengajak Naeun untuk makan malam di kantor bersama ditengah jadwal padat mereka.

"Kau bisa mengatakannya padaku." Naeun cukup yakin lelaki di hadapannya benar-benar sedang memikirkan sesuatu. Ia hanya tidak bisa menebak apa yang terjadi.

Tanpa Chanyeol sadari ia menggelengkan kepala.

Naeun menghela nafas melihatnya. "Kau benar-benar tidak akan mengatakannya padaku?" tanya gadis itu lagi.

Chanyeol segera mendongak ketika mendengar nada suara Naeun yang sedikit menggertak. "Ada apa?" tanya lelaki itu seakan tidak mendengar apa yang baru dikatakan Naeun.

Naeun menumpukan dagunya pada tangan sebelum menatap Chanyeol. "Jadi ini rasa frustasi yang sering kau bicarakan." gumam gadis itu.

"Kau frustasi? Kenapa?" tanya Chanyeol dengan wajah khawatir yang membuatnya tampak bodoh.

"Lupakan. Cepat makan agar kita bisa segera pulang." jawab Naeun lalu kembali mengambil sumpit dan kembali menyantap makan malamnya.

Kali ini Chanyeol menghembuskan nafas panjang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap Naeun. Ia tidak bisa menceritakan masalah pekerjaannya. Ia tidak bisa bilang bahwa hubungan mereka sangat berbahaya untuk saat ini.

"Ah iya, kau tidak boleh tertidur dengan ponsel di tangan." ucap Naeun mengingat kejadian dua hari yang lalu.

Chanyeol tersenyum mendengarnya. "Apa kau mengkhawatirkanku?" tanya lelaki itu.

Naeun mendengus mendengarnya. "Jongin sempat bicara denganku melalui ponselmu. Kupikir kau tidak ingin mereka tahu tentang hubungan kita 'kan?" jelas Naeun.

Chanyeol sedikit terkejut mendengarnya. Kai tidak menyinggung apapun tentang telepon itu. Sebenarnya Chanyeol cukup yakin bahwa teman-temannya tahu tentang hubungannya dengan Naeun, namun mereka semua memilih untuk diam. "Menurutmu apa yang akan terjadi jika hubungan kita terungkap?" Chanyeol tidak bisa menahan diri untuk menanyakannya.

Naeun terdiam sesaat. Gadis itu terlihat benar-benar serius memikirkan jawabannya. "Akan ada banyak masalah yang terjadi, bukankah begitu?" Itu jelas tampak seperti pernyataan, bukan pertanyaan. Yang menjadi pertanyaan dalam kalimat itu adalah masalah apa yang akan terjadi.

Chanyeol mengangkat bahu dan untuk pertama kali menyentuh makanannya. "Entahlah, aku tidak benar-benar yakin." jawab lelaki itu lalu menyuapkan makanan ke dalam mulut.

"Kenapa kau bertanya sekarang?" tanya Naeun.

"Apa aku tidak boleh menanyakan hal itu?" tanya Chanyeol tampak sedikit tersinggung. Suasana hati lelaki itu sedang tidak baik dan dapat meledak kapan saja.

Naeun menurunkan nada suaranya. "Hanya saja kau tidak pernah menyinggung masalah itu sebelumnya." jawab Naeun, sorot matanya tampak sedih.

Chanyeol menyadari sorot mata gadis itu. Apa ia terlalu kasar? Naeun tidak salah. Hanya saja Chanyeol sedang berada dalam suasana hati yang tidak baik. Ia kira bertemu dengan Naeun dapat membuat suasana hatinya kembali baik, tapi ia malah semakin menghancurkan harinya. Sekarang Chanyeol tidak tahu harus berkata apa.

Naeun juga memilih untuk diam. Ia tidak ingin menyulut kembali pertengkaran diantara mereka. Ia yakin Chanyeol benar-benar memiliki beban pikiran sekarang. Namun Naeun tidak bisa memaksa lelaki itu untuk bicara. Ia tidak seharusnya melakukan itu.

Akhirnya suasana makan malam berakhir dengan hening dan canggung. Baru saja keduanya membereskan sisa makan malam mereka ketika seseorang masuk ke dalam ruang rapat itu. Seorang wanita dari bagian resepsionis membawa sebuah kotak berbungkus kertas cokelat dan memberikannya kepada Chanyeol. "Ada kiriman untukmu." ucap wanita itu sebelum membungkuk sopan dan kembali meninggalkan Chanyeol bersama Naeun.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang