"Aku bisa pergi sekarang?" tanya Naeun setelah menyerahkan pekerjaan terakhirnya hari itu.
Gadis itu mulai belajar sedikit demi sedikit untuk mempertahankan pekerjaannya. Ia pun masih sesekali mengantarkan kopi untuk para idola di lantai tujuh. Itu satu-satunya cara agar atasannya merasa puas. Mungkin jika ia benar-benar sudah yakin jika ia dibutuhkan dipekerjaannya yang sekarang, ia akan berhenti mengantar kopi dan berhenti melihat orang-orang yang tak ingin ia temui.
Bomi mengambil berkas yang diberikan oleh Naeun lalu melihatnya satu per satu. "Kurasa kau terburu-buru. Ada janji?" tanya Bomi. Wanita satu ini pun jadi sedikit lebih lunak walaupun kata-katanya masih tajam.
"Ah, bukan seperti itu." Naeun mengusap tengkuknya. "Aku mau mampir ke suatu tempat sebelum pulang." jawab Naeun. Memang benar ia akan pergi ke suatu tempat sebelum pulang. Ia ingin pergi ke rumah sakit untuk bertanya tentang kondisinya kemarin. Karena berapa kali dan bagaimana pun ia mencoba bertanya kepada Chanyeol, lelaki itu terus mengabaikannya. Bahkan melihat Naeun pun lelaki itu tampak enggan.
"Baiklah. Kau bisa pulang sekarang." ucap Bomi setelah melihat lembar terakhir.
Naeun membungkuk sopan lalu pergi keluar ruangan. Ia pun membereskan barang-barangnya dan segera pergi menuju lift.
Harinya memang selalu sial. Lagi-lagi wajah Chanyeol tampak ketika pintu lift terbuka. Dengan langkah berat ia masuk ke dalam lift dan menjaga jarak sejauh mungkin dari lelaki itu.
"Bisakah kau meminta mereka membuat lift lain?" tanya Naeun tanpa menoleh. Namun tak ada suara yang keluar dari lelaki di sebelahnya selain deru nafas tak teratur.
Naeun menoleh ke arah Chanyeol dengan jengkel karena lelaki itu sama sekali tak menghiraukannya. "Apa aku melakukan kesalahan kepadamu?" tanya Naeun ketus.
Chanyeol tetap berdiri diam di tempatnya. Tidak berkutik sedikit pun. Naeun bahkan tidak yakin apa lelaki itu masih hidup atau tidak.
"Tenang saja. Aku tidak akan memaksamu untuk menjawab pertanyaanku lagi." putus Naeun sebelum pintu lift terbuka.
"Sebaiknya kau berhenti bekerja disini."
Naeun berhenti melangkah tepat di depan pintu lift. Ketika ia menoleh, pintu di belakangnya sudah kembali tertutup. Ia sempat melihat siluet Chanyeol yang menatap dirinya sebelum pintu tersebut benar-benar menutup jarak di antara mereka berdua.
"Lelaki aneh." gumam Naeun lalu melangkah pergi menuju rumah sakit sesuai tujuan awalnya.
Butuh waktu sekitar lima belas menit menggunakan taksi hingga akhirnya ia tiba di rumah sakit di mana ia dirawat sebelumnya. Ia segera menuju pelayanan kostumer untuk menanyakan rekapan medis atas nama Son Na Eun. Setelah melalui beberapa prosedur, ia pun mendapat data singkat kesehatannya kemarin.
Trauma. Seperti yang ia duga ia jatuh pingsan karena trauma. Ia masih ingat gemetar hebat yang dialami oleh dirinya sebelum terjatuh. Ia juga masih ingat keringat dingin mengalir perlahan dari seluruh pori-porinya dan ingatan-ingatan aneh mendadak muncul dalam benaknya. Tapi sejak kapan ia memiliki trauma terhadap keramaian dan cahaya menyilaukan?
"Bisakah aku bertemu dengan dokter Jung?" tanya Naeun karena belum puas dengan data yang ia dapatkan.
Perawat di hadapannya tersenyum dengan sopan. "Maaf, tetapi dokter Jung sedang tidak ada di Seoul." ujarnya sopan.
Naeun tidak dapat menyembunyikan kekecewaan di wajahnya. Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi saat ini. Ia akan kembali lagi nanti. "Terima kasih." Naeun menunduk sopan lalu beranjak dari sana.
Ponsel gadis itu berdering ketika ia baru akan keluar dari gedung rumah sakit. Ia terlalu sibuk mencari ponselnya di dalam tas hingga tidak menyadari lingkungan di sekitarnya yang sangat riuh. Baru saja Naeun mendongak ketika belasan cahaya kamera menyambar pandangannya. Ia kembali gemetar hebat. Tangannya yang memegang ponsel dipenuhi oleh keringat. Kepalanya mulai berdenyut hebat ketika tiba-tiba tangannya ditarik dan ketika ia tersadar, ia berada dipelukan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
FanficSon Na Eun, seorang gadis yang selalu jauh dari dunia hiburan kini harus bekerja di salah satu perusahaan agensi terbesar di Korea Selatan. Hari-harinya tidak mudah sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan tersebut dan semakin buruk setelah dirin...