empat belas: belum

300 59 30
                                    

"Untuk memenuhi ucapanku padamu."

Apa gadis ini tidak ingat soal makan siang waktu itu? Chanyeol benar-benar tidak habis pikir. Jadi selama ini hanya dirinya yang selalu memikirkan hal itu?

"Ucapanmu yang mana?" tanya Naeun masih tidak mengerti.

Chanyeol membuka tangannya lebar, menyuruh Naeun memperhatikan sekeliling. "Kau tidak ingat tempat ini?"

"Bisakah kau berhenti bicara berputar-putar?" tanya Naeun, membicarakan maksudnya secara langsung.

"Aku mencuri jam makan siangmu waktu itu dan kau memintaku membayar untuk itu. Aku sedang membayarnya sekarang." jelas Chanyeol lalu kembali sibuk dengan daging di tangannya.

Lelaki itu tidak melihat raut wajah Naeun yang langsung berubah begitu saja. Gadis itu menundukkan pandangan lalu mulai mengeluarkan sayur dari plastik dan ikut menatanya di atas piring. "Kau tidak harus benar-benar membayarnya." gumam Naeun tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"Aku selalu menepati ucapanku." jawab Chanyeol. "Lagipula hanya makan malam."

Naeun menghentikan gerakan tangannya untuk sesaat. "Hanya makan malam." Ia merasa tampak sangat menyedihkan.

Menit-menit selanjutnya hanya ada suara desisan daging yang dipanggang di atas api. Keduanya saling terdiam. Bahkan Naeun kehilangan selera makannya. Padahal gadis itu tidak pernah menolak untuk makan daging yang merupakan kesukaannya. Tapi semua perkataan Chanyeol tadi membuatnya ingin segera pergi.

Chanyeol mengangkat daging-daging yang sudah matang dan menaruhnya di atas selada yang sudah di tata oleh Naeun. Mereka pun mulai memakan hidangan itu dalam diam.

"Kau tidak suka daging?" tanya Chanyeol melihat raut wajah Naeun yang tampak tidak senang.

"Aku suka daging." jawab Naeun lalu kembali memasukkan sepotong daging ke dalam mulut.

"Lalu kau tidak suka aku ajak makan malam?" tanya Chanyeol lagi.

Naeun menelan daging di mulutnya sebelum menjawab, "Aku suka."

"Lalu apa yang membuatmu kesal?" Chanyeol menaruh sumpitnya, memberi perhatian penuh untuk jawaban gadis itu.

Naeun menghembuskan nafas berat mendengarnya. "Aku kesal karena disini dingin. Salju akan segera turun dan kau mengajakku makan malam di luar seperti ini?" ucap Naeun, jelas berbohong dari alasan sebenarnya ia merasa kesal.

"Kau hanya perlu bilang kau kedinginan. Kenapa harus marah?" tanya Chanyeol heran.

"Kau kira aku tega mengatakan itu saat kau bilang kau sudah mempersiapkan ini semua?" Naeun balik bertanya.

Chanyeol kini terdiam. Jadi itu alasan Naeun bertanya kepadanya mengapa ia mengajak gadis itu makan malam. Ia kira Naeun memikirkan sesuatu yang lain tentang makan malam ini. Karena hal ini bukan hanya sekedar makan malam bagi Chanyeol.

Chanyeol berdiri lalu melepas jaketnya. Ia berjalan memutari meja untuk tiba di sebelah Naeun. Ia pun menyampirkan jaket miliknya di bahu gadis itu sebelum kembali duduk di tempatnya. "Sekarang kau bisa berhenti kesal." ucap Chanyeol lalu kembali mengambil sumpitnya dan mulai makan.

Pipi Naeun merona ketika lelaki itu menyampirkan jaket di tubuhnya. Ia mendongak dan mendapati wajah Chanyeol yang kecewa. Kenapa lelaki ini juga ikut kecewa? Ini hanya membuat suasana semakin canggung.

"Apa kau tidak membeli alkohol?" tanya Naeun, mencoba mengembalikan suasana.

Chanyeol tersedak mendengar pertanyaan gadis itu. Ia mendongak dengan membelalakan mata. "Naeun-ssi, kau bukan seorang pemabuk bukan?" Wajah lelaki itu tampak sangat terkejut.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang