"Emang dasar ya kodratnya cowok gak pernah ngehargain perempuan! Cowok selalu bersikap seenaknya tanpa mikir gimana nanti kedepannya!"
Angga ingin membuka mulutnya untuk bersuara namun lisa telah terlebih dahulu memotongnya.
"Apa! Masih mau bilang cewek egois? Cewek selalu ingin menang? Cewek gapernah ngertiin cowok? Mikir dulu deh kalo mau protes!" Lisa benar-benar tidak bisa menahan emosinya.
"Lis kamu kelewat emosi" ucap angga mengingatkan agar lisa tak sampai kebablasan lebih jauh.
"Lo tuh yang kelewat brengsek!" Tukas lisa tajam.
"Lisa cukup" kali ini angga mengatakannya dengan nada tegas. Memperingatkan pada lisa bahwa perlakuannya sudah sangat kelewat batas.
"Kenapa sih cowok selalu pengen didengar perintahnya! Tapi giliran cewek yang merintah malah dibilang egois dan kalian mengatakan bahwa cewek selalu benar! Ngaca kali" lisa benar-benar mengabaikan angga yang tengah emosi. Angga mecoba bersabar karena ia lebih baik menjadi air disaat lisa sedang menjadi api agar tak terjadi kobaran api yang akan memperburuk keadaan. Angga menepikan mobilnya dipinggir jalan, ia merasa bahwa konsentrasinya untuk mengemudi sudah buyar karena kalimat-kalimat yang lisa ucapkan tadi.
"Udah cukup?" Tanya angga dengan menatap mata lisa lekat.
"Belum! Buruan deh jalan, lo kan mau berangkat sebentar lagi"
"Kamu!" Angga membenarkan kalimat angga yang mengganti kata kamu menjadi 'lo'.
"Buruan nanti lo telat" lisa tak menghiraukam koreksi angga.
"Kamu!"
"Apaansih lo. Udah mau pisah juga kan? Jadi ya anggap aja kalo semuanya baik-baik aja. Yakan? Tadi kan lo bilang gitu" jawab lisa enteng.
"Lisa cukup! Aku udah coba sabar dengan kelakuan kamu sedari tadi. Tapi kamu semakin kelewatan!" Tajam angga. Namun lisa justru membalas dengan tatapan sengit kearah angga.
"Gue juga udah sabar banget nerima keputusan lo yang aneh" Astaghfirullah! Lisa benar-benar menguji kesabaran angga.
"Aku! Kamu! Jangan ubah kata itu lisa!"
"Yayayaya" jawab lisa sekenanya dan ia kembali menatap kearah luar jendela mobil. Ia memperhatikan berjuta-juta rintikkan air hujan yang turun malam ini mewakilkan airmatanya yang sudah tak mampu untuk keluar lagi karena lelah.
"Lisa aku belom selesai bicara sama kamu"
"Yaudah lanjutin aja. Gue belum tuli ko" jawab lisa malas.
"Waktu aku cuma tinggal 45 menit lagi lisa. Jadi aku mohon jangan bersikap seperti ini"
"Yaudah makanya cepetan jalanin mobilnya. Bukannya takdir gak punya alasan untuk dibantah" lisa mengulang kembali kalimat angga yang tadi.
"Aku akan jalan kalo kamu udah tatap mata aku sekarang"
"Siapa lo!" Ketus lisa.
"Pacar kamu!" Jawab angga tegas.
"Sekarang. Tapi nanti kan udah jadi mantan setelah lewat pukul 9 malam" jawaban lisa benar-benar diluar dugaan angga. "Bener kan"
"Enggak!" Jawab angga lebih tegas lagi.
"Ya terus lo mau gantungin gue selamanya gitu? Gila aja! Mikir kali ikan asin aja kalo dijemur kelamaan bisa diambil kucing! Apalagi gue!" Lisa sudah tak memperdulikan respon angga lagi.
"Percuma. Kamu lagi emosi sekarang, lebih baik kita pulang" angga tak ingin mengambil resiko yang diluar pemikirannya. Maka ia memutuskan untuk segera mengantar lisa pulang sebelum semuanya berantakan.
"Ya emang siapa yang suruh lo buat berhenti disini" angga membiarkan lisa yang masih meluapkan emosinya melalui sindiran-sindiran pedasnya. Sekarang lisa terus mengoceh sendirian tanpa adanya respon dari angga. Ia terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tak dibelikan mainan baru.
***
'Mungkin kalimat pedasku tak sepedas kenyataan yang kau berikan~ftmh.
_______
Setelah sekian lama aku menghilang kini aku hadir kembali untuk melanjutkan cerita ini❤ semoga kalian masih menikmati😊
Detik-detik yang menegangkan!
.
.
.
Budayakan menghargai karya seseorang😊
.
.
.
See you all :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nege Turn Back
Teen FictionBertahan demi kepalsuan apakah itu pantas(?) aku yang selalu tersakiti dalam diam. ~ Angga. Ia adalah seoarang lelaki pengecut yang hanya mampu menyembunyikan perasaannya dibalik status persahabatan. ~ Lisa. Gadis manja yang sulit untuk peka terhad...