Gadis itu tersenyum saat kekasihnya sudah sampai di depan gerbang rumahnya, dengan suka cita ia menyambut kekasihnya tersebut dengan senyuman yang lebar dengan dihiasi gigi berbaris rapih. Hari ini ia memakai kaos berwarna putih pemberian kekasihnya tersebut saat kekasihnya itu berwisata ke Thailand salah satu negara yang kental akan kebudayaan.
"Sudah lama menunggu?" tanya kekasihnya tersebut setelah Vandra keluar dari gerbag rumahnya.
Gadis itu menggeleng dengan cepat "Engga kok, Gerald. Aku senang kamu datang hari ini ke rumah. Ayo masuk" ujarnya dengan riang.
"Maafkan aku ya Mei, hari ini aku gak bisa lama-lama" Gerald memberikan papper bag ke arah Vandra, kekasihnya.
Vandra menerimanya dengan kebingungan.
"Apa ini?" tanyanya sambil sedikit mengintip ke dalam isi papper bag tersebut.
"Oleh-oleh dari Mama ku, baru aja pulang dari Singapore" jawabnya dengan santai "Aku hari ini ada janji main futsal sama temen-temenku. Kamu gak usah ikut ya, aku gak suka kamu jadi bahan tontonan temen-temenku yang lain" ujarnya dengan berhati-hati.
Sebenarnya hati Vandra kecewa mendengarnya, namun apa boleh buat sifat overprotective Gerald tidak bisa dibendung. Mereka sering kali bertengkar karena hal-hal kecil dan Vandra sedang tidak ingin bertengkar dengan Gerald, maka ia menuruti saja kemauan pacarnya itu.
Sejak berpacaran dengan Gerald pun ia harus menjaga jarak dengan semua pria di dunia ini kecuali Ayahnya tentunya. Kadang ia juga merasa seperti dipenjara, namun ia percaya Gerald melakukan itu semua karena Gerald sayang padanya. Iya, Gerald sayang padanya.
Mereka memang sudah berpacaran sejak mereka duduk di bangku kelas 2 menengah pertama dan hingga sekarang ini. Namun sekarang mereka harus terpisah sekolah.
Vandra mengangguk kecil karena pernyataan Gerald tadi. Ia tau Gerald adalah tipe yang posesif dan pencemburu. Ia sangat memakluminya bahkan karena hal itu Vandra makin menyayangi Gerald.
Gerald mengelus anak rambut Vandra yang berada di depan, meskipun sudah dikuncir rapih tapi tetap saja anak rambut Vandra tidak bisa ikut di dalam kunciran tersebut.
"Oh ya Gerald, Bunda menyuruhku untuk pindah sekolah" ucap Vandra dengan pelan dan menunduk "Dan aku sedang mengusahakan membujuk Bunda untuk satu sekolah denganmu" lanjutnya.
Gerald hanya terdiam, tidak ada ekspresi senang yang menghiasi wajahnya tersebut.
Apa ia tidak menyukai pernyataan Vandra tersebut?
"Aku tunggu kabar baiknya ya" ucapnya dengan sedikit tersenyum "Baiklah, aku sudah sedikit terlambat. Nanti akan kuhubungi jika sudah selesai" ucapnya yang sudah bersiap-siap memakai helm.
"Iya hati-hati ya, sayang" ucap Vandra dengan lembut.
Gerald mengangguk dibalik helmnya dan memacu motornya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
أدب المراهقينCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...