16. Ketakutan

2.2K 107 0
                                    

"Kak Cello!!" Vandra melompat-lompat kegirangan saat melihat laki-laki yang sudah ada di depan pintu utama yang sejak tadi memperhatikannya.

Vandra menghampirinya dengan gembira lalu memeluknya dengan erat.

Ettan masih melihatnya dari luar gerbang dengan was-was. Cello yang diperhatikan oleh Ettan dari luar gerbang langsung berteriak.

"Kamu siapa? Vandra belum kasih uang buat ongkosnya ya?"

"Kakak!!" pekik Vandra yang membuat Cello menutup telinganya "Dia bukan tukang ojek!!"

"Oh, kirain" ucap Cello dengan santai.

Ettan dengan penuh emosi menghampiri mereka berdua dan menarik lengan Vandra.

"Van!" Ettan menatap Vandra dengan tajam "Kamu apa-apaan sih?" ucapnya yang cukup keras.

Vandra mengerutkan keningnya.

"Ngapain peluk-peluk dia?" tanya Ettan dengan nada mengintimidasi.

Cello ikut menarik lengan Vandra dan memeluknya lebih erat, setelah itu ia memberikan kecupan di kening Vandra, Cello juga memberikan senyum sinisnya pada Ettan.

Ettan mendorong jauh Cello sedangkan Cello hanya terkekeh.

"Van, ini pacar baru kamu yang dibilang sama Bunda? Boleh juga kalau buat lindungin kamu" ujar Cello setelah berusaha berdiri tegak "Kamu cari yang persis kayak kakak ya?"

"Ihh kakak apaan sih?!" ucap Vandra dengan sewot, lalu ia melihat ke arah Ettan "Dia kakakku, namanya kak Cello"

Cello tertawa kecil "Gue Cello" ia memberikan lengannya dan Ettan menerimanya "Lo lolos jadi pacar adik gue" ia menepuk-nepuk pundak Ettan.

"Ettan. Maaf kak gue gak tau" ujarnya dengan rasa bersalah.

"Iya gak apa-apa. Santai aja"

Terkutuklah Ettan yang ingin menghajar kakak dari pacarnya sendiri. Ia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya saat lihat Vandra memeluk Cello tadi. Ettan pikir Cello adalah orang lain, karena Cello benar-benar tidak mirip dengan Vandra. Mungkin Cello lebih mirip dengan ayah mereka.

"Kakak kapan sampai di Jakarta?" tanya Vandra yang menghentikan kesunyian "Kok gak bilang? Kan nanti bisa aku jemput"

"Halah, kamu kan sekolah. Gak mungkin bolos" jawabnya dengan tenang "Eh iya, gimana sekolah barunya? Seneng gak? Seneng dong pasti, kan dapet pacar baru di sekolah" godanya yang mencubit pipi Vandra.

"Kakak ih!!" sungut Vandra dengan kesal.

"Ayok masuk. Lo juga Tan, masuk dulu. Kebetulan gue punya PS baru, selama ini gak ada yang bisa gue ajak main, Vandra selalu cemen" ajak Cello.

"Kapan-kapan aja kak, makasih. Gue masih ada keperluan soalnya" tolak Ettan dengan halus.

Vandra menepuk keningnya "Ettan!! Cepetan!! Kamu kan harus antar Poppy dan Jasmine bimbel, nanti mereka telat"

"Iya, aku pulang dulu ya Van" pamitnya.

"Iya, hati-hati ya, sayang" Cello yang menjawab, Vandra melotot ke arahnya "Mewakilkan kamu" ucap Cello.

"Kak, pulang dulu" pamit Ettan.

"Besok kesini lagi ya, harus main bareng gue" ujarnya.

Ettan mengangguk.

Vandra ikut mengantarkan Ettan sampai di depan gerbang.

Selepas Ettan pergi, Vandra masuk kembali ke dalam rumah.

"Jadi, sejak kapan kamu putus sama Gerald?" Cello membuka pembicaraannya yang selama tadi ia tahan karena ada Ettan "Kamu putus dari Gerald karena Ettan?"

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang