11.1 LDKS

2.1K 128 0
                                    

Hari yang ditunggu siswa-siswa yang berjiwa pemimpin dan yang memiliki kreativitas tinggi itupun dimulai, semuanya sangat berantusias kecuali 4 siswa yang sedari tadi ditunggu sekarang malah berjalan santai tanpa merasa bersalah. Mereka adalah Vandra, Ettan, Elang dan Juna. Mereka berempat benar-benar tidak peduli semua peserta menatap mereka dengan wajah yang penuh kekesalan karena terlalu lama menunggu.

Mereka berempat benar-benar tidak memiliki antusias seperti teman-teman lainnya, bahkan mereka akan bersyukur jika mereka gugur dalam LDKS. Semoga seperti itu. Itulah harapan mereka.

"Kenapa lama sekali?" tanya Satria yang merupakan ketua OSIS. Vandra telah mengetahui namnaya setelah beberapa kali pertemuan sebelum hari LDKS.

"Maaf kak, tadi Juna sempet sakit perut jadi kita nunggu Juna dulu" jawab Ettan dengan alasan yang tidak masuk akal.

Juna hanya memberikan cengiran-cengiran kecil.

"Yasudah masuk barisan" perintah Satria.

Mereka berempat menuruti apa perintah sang ketua OSIS tersebut. Sebenarnya hal ini yang paling tidak disukai mereka berempat, yaitu harus menuruti perintah kakak kelas. Sedangkan mereka adalah siswa yang pembangkang. Ralat, kecuali Vandra. Vandra berbeda dengan mereka, ia masih mengetahui tata tertib dan memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi. Sebenarnya tadi juga ia tidak ingin telat, namun seperti biasa 3 brandalan itu menahannya dan ia harus ikut dengan mereka bertiga pergi bersama ke sekolah.

"Oke, acara pertama dimulai dengan baris berbaris, dimohon untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya dan atributnya dipakai" ujar Satria kembali.

Para peserta langsung berkelompok sesuai dengan kelompoknya yang telah dibentuk jauh-jauh hari. Vandra satu kelompok dengan Juna, hal itu lebih baik daripada ia harus satu kelompok dengan Ettan, lebih mudah menjinakkan Juna daripada menjinakkan Ettan, percayalah.

Hari itu terasa sangat terik, Vandra dan kelompoknya masih saja melakukan baris berbaris. Satu kesalahan akan mendapat hukuman, begitu seterusnya hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Vandra masih bisa mengontrol energinya untuk siang ini, untung saja ia sudah makan siang jadi tubuhnya tidak terlalu merasa lemas.

Gerakannya mudah, hanya hadap kanan dan kiri, serong kanan dan kiri, balik kanan, jalan di tempat, langkah tegak maju, hormat dan istirahat di tempat. Setidaknya Vandra sudah mempelajari hal ini sejak ia duduk dibangku sekolah dasar, ia sudah hafal dan ia sudah bisa!

Vandra melirik ke arah kanan, dimana kelompok Ettan dan Elang telah selesai melakukan baris berbaris.

Ya Tuhan, kapan penderitaan ini akan berakhir?

Kelompok Vandra dan Juna masih belum selesai juga, padahal sudah lama sekali rasanya ia berdiri di lapangan yang panas ini, keringatnya juga sudah bercucuran keluar banyak. Vandra juga amat yakin wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Lagi-lagi Vandra menghadap dimana kelompok Ettan dan Elang duduk yang sudah diperbolehkan untuk minum. Vandra juga ingin!

Beberapa kali lagi gerakan baris berbaris itu dilakukan dan ada lagi kesalahan yang diperbuat oleh temannya sehingga kelompoknya lagi-lagi mendapat hukuman, selain itu diancam tidak akan mendapat istirahat hingga semuanya sempurna. Padahal Vandra sudah tidak sanggup lagi, kaki dan tangannya sudah gemetar. Air peluhnya dimana-mana, bajunya juga sudah basah karena peluhnya.

Vandra harus menelan ludah dalam-dalam ketika harus push up sebagai bentuk hukuman.

"Juna! Bagaimana ini dengan kelompokmu? Lemah banget sih, elah! Bentar-bentar salah!" kini seorang cewek memarahi Juna sebagai ketua kelompok.

Juna juga hanya bisa terdiam, ia takut salah bicara.

"Semuanya bangun lagi! Lakukan yang benar dan sempurna, sehabis itu kalian bisa istirahat!" perintah cewek tersebut kembali.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang