"Dunia baru terdengar menyeramkan apabila kamu tidak dapat mengikhlaskan dunia lamamu dengan baik"
——————————————————
Vandra lagi-lagi menjetikkan jarinya tanpa sengaja seperti aliran listrik yang menjalar ke tubuhnya dan terjadi begitu saja. Ia terus melihat-lihat seisi ruangan ini. Ruangan kepala sekolah seperti ruangan pada umumnya. Hari ini adalah hari pertama kepindahannya ke sekolah ini dan sekolah ini bukanlah sekolah Gerald seperti impiannya.
Vandra harus mengubur impiannya itu dalam-dalam karena sudah tidak ada bangku untuk kelas IPA, mungkin ia bisa saja pindah jurusan ke IPS dan itu akan memudahkannya sekelas dengan Gerald di sekolah tersebut. Namun apa dayanya jika ayahnya menginginkan sekali Vandra menjadi seorang dokter dan mengharuskan tetap di jurusan IPA dengan pilihan sekolah yang berbeda.
Di ruangan ini tidak ada siapa-siapa, tadi seorang pegawai tata usaha menyuruhnya untuk menunggu kepala sekolah yang memang di luar sedang upacara, jadi ia turuti saja menunggu upacara bendera berlangsung di dalam ruangan kepala sekolah.
Vandra mengetik sesuatu di hpnya
Gerald Bramantyo
Aku bosan menunggu upacara berlangsung. Sekarang aku sedang di ruang kepsek :(
Setelah ia mengirimi pesan tersebut ia baru sadar percuma mengirim pesan itu, kan Gerald juga pasti upacara di sekolahnya. Ahh dia memang sedikit pelupa.
Vandra melongo sedikit ke arah pintu, karena sejak tadi ia merasa diperhatikan.
Benar saja tidak lama seseorang masuk memakai seragam yang sama sepertinya.
"Kenapa disini dek? Kok gak ikut upacara?" tegurnya.
Sapaan cowok tersebut pada dirinya yang menggunakan kata 'dek' membuat ia berpikir kalau ini pasti anak kelas 12.
"Iya kak, aku anak baru dan tadi disuruh tunggu di sini" jawabnya dengan sesopan mungkin karena ia tidak mau mencari masalah di hari pertamanya.
Cowok itu seperti tak acuh dengan jawaban Vandra karena cowok tersebut mengalihkan pandangannya.
Cowok itu memiliki tinggi sekitar 170-an, entah berapa yang pasti tapi itu cukup tinggi untuk ukuran orang lokal. Ia juga emiliki rambut sedikit bergelombang dan tubuh yang berisi. Tampangnya dingin dan terlihat sangar meskipun begitu ia terlihat tampan seperti turunan Arab dan Eropa, mungkinkah ia dari Turki?
Alisnya begitu tegas, hidung mancung yang lurus serta ketirusan pipi. Begitu tampan untuk remaja seusianya.
Cowok tersebut bertolak pinggang dan sedikit mendecak lalu ia duduk di sebelah Vandra dengan tampang yang kesal.
"I...itu kenapa ya kak?" tanya Vandra yang menunjuk ke arah pelipis kanan cowok tersebut.
Cowok tersebut diam dan malah menatapnya dengan tajam. Mendapat perlakuan tersebut Vandra malah menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Ma...maaf kak aku cuma nanya aja kok" ujarnya dengan terbata-bata dan masih menundukkan kepala.
Cowok tersebut membuang pandangannya kembali ke arah pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Fiksi RemajaCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...