30.2 Insiden

1.9K 105 1
                                    

Sekarang yang bisa Vandra lakukan hanya menangis di lorong instalasi gawat darurat. Kejadian tadi begitu cepat untuknya dan membuatnya begitu ketakutan. Vandra takut jika nyawa Ettan tidak bisa diselamatkan.

Dan entah kamu merasakan hal yang sama atau tidak jika aku juga pergi dari kehidupan kamu. Mungkin kamu baru sadar ketika aku sudah tidak berada di dunia ini lagi

Mungkin kamu baru sadar ketika aku sudah tidak berada di dunia ini lagi

Kalimat tersebut masih tersimpan di otak Vandra. Kalimat yang baru saja diucapkan Ettan sebelum kejadian tersebut terjadi. Kejadian yang akhirnya membuat Ettan benar-benar terluka dan sekarang tidak sadarkan diri.

Sepeninggal kejadian tersebut, Vandra membawa Ettan ke rumah sakit dengan ambulance dan tidak ditemani oleh siapapun. Karena Gerald, Elang, Juna dan pihak sekolah sibuk mengurus orang yang telah menembak ke arah Ettan. Vandra sangat paham siapa pelaku yang menembak Ettan. Resiko ini telah ia pikirkan jauh-jauh hari.

"Vandra, dimana Ettan?"

Omar datang dengan tergesa-gesa, ia masih memakai jas dokternya saat menemui Vandra. Kabar tentang anaknya yang sedang dibawa ke rumah sakit karena ditembak oleh seseorang membuatnya sedikit kalut saat menangani pasien, sehingga saat tau ambulance yang membawa anaknya telah sampai Omar langsung bergegas mencari anaknya.

"Ayah... Ettan sedang ditangani di dalam" jawab Vandra dengan sedikit ketakutan.

"Bagaimana bisa terjadi? Siapa yang menembak?"

Vandra menggelengkan kepalanya tanpa bersuara. Ia masih saja mengeluarkan air matanya, karena masih tidak menyangka atas kejadian tersebut Ettan yang menjadi korbannya.

"Ayah Omar" sapaan tersebut membuat Vandra dan Omar menoleh, Elang cium tangan kepada pamannya tersebut "Bagaimana keadaan Ettan?"

"Ayah juga masih belum tau. Lalu pelakunya bagaimana?"

"Sedang diurus oleh Papa, pelakunya sudah ditangkap namun Papa juga telah menurunkan tim penyelidikan yang terbaik" ujar Elang.

Omar mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Om, aku ingin bicara dengan Vandra sebentar" ujar Elang.

Vandra sedikit menoleh dan menatap Elang. Lalu ia mengikuti langkah Elang. Mereka berhenti di sebuah tempat yang tidak begitu ramai.

"Gerald udah cerita semuanya dan keadaan lo sekarang gak akan aman. Lo harus ikut gue buat temuin bokap gue, lo akan aman di sana"

"Tapi Ettan..."

"Gak pake tapi-tapian, lo juga harus jadi saksi atas kejadian ini. Gerald sudah memberikan keterangannya sebagai saksi. Soal Ettan... bokap gue juga akan memberikan penjagaan ketat buat Ettan"

Vandra menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Harusnya Ettan gak nganter gue ke depan, harusnya gue yang kena peluru itu, sialan!!!" umpat Vandra.

"Vandra! Dengerin gue!" ucap Ettan dengan tegas "Bokap gue udah janji buat ngelindungin lo, Gerald dan juga Ettan, jadi lo gak perlu khawatir. Sekarang lo harus ikut gue"

"Lang, Ettan kesakitan di dalam. Gue harus temenin dia sampai sadar, gue yang harus bertanggung jawab atas ini. Gue gak mungkin ninggalin dia saat dia kayak gini" ucap Vandra yang masih menangis.

"Gue ngerti kalau lo sayang sama dia. Tapi ini semua demi kebaikan kalian semua. Lo, Ettan dan Gerald harus berada di tempat yang aman dulu sebelum pelaku yang membayar orang itu ketangkap. Lo sama Gerald lagi menghadapi orang paling licik di negeri ini. Dia kelas kakap, susah untuk ditangkap. Seharusnya lo cerita kalau lo sama Gerald lagi ada masalah"

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang