Sudah dua hari ini Ettan melewati rumah Vandra yang terlihat sepi seperti tidak berpenghuni. Kemarin di sekolah ia mendapatkan kabar bahwa Vandra sedang sakit sehingga tidak bisa masuk ke sekolah. Ettan memberhentikan motornya dan berdiri di depan pagar rumah Vandra. Ia melihat kesekililingnya, sepertinya memang tidak ada orang.
"Misi Mas" ucap seorang ibu paruh baya yang berada di belakangnya. Ibu itu membuka pagar rumah Vandra.
"Maaf Bu, ada Vandra di dalam?" tanya Ettan yang membuat ibu itu menengok ke arahnya.
"Temennya Non Vandra ya?" tanyanya ke arah Ettan.
Ettan hanya mengangguk "Ada Vandra di dalam?"
"Ada kok, dia sedang sakit dan pasti gak mau di ganggu. Sejak kemarin ia tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar" ucap ibu tersebut.
"Boleh saya masuk?" tanya Ettan.
"Ayo, silakan" ujarnya.
Mereka berdua memasuki rumah Vandra yang begitu luas. Ettan memasukkan motornya ke dalam rumah tersebut dan langsung menuju ruang tamu mengikuti ibu tersebut.
"Nyonya sedang pergi ke luar kota sejak tiga hari yang lalu dan Non Vandra melarang saya memberitahu Bundanya kalau ia sedang sakit" ujar ibu tersebut setelah Ettan duduk di kursi "Mau minum apa Mas?"
"Gak usah, saya mau ketemu Vandra aja" ucap Ettan.
"Non Vandra sedang ada di kamar, saya tidak tau ia mau bertemu dengan orang lain atau tidak. Tapi tadi Non Vandra ingin dibelikan bubur, mungkin sekarang ia bisa ditemui" ucap ibu tersebut dengan lembut "Ayo mas, ikut saya saja"
Mereka berdua menaiki tangga ke lantai dua untuk menemui Vandra.
Ibu tersebut berhenti di sebuah pintu yang bertuliskan nama Vandra di depannya. Ia mencoba mengetuk pintu tersebut.
"Buka aja Bi, pintunya gak dikunci. Aku udah laper banget" teriak Vandra dari dalam kamarnya.
"Bi, biar saya saja yang masuk ke dalam dan memberikan buburnya" ucap Ettan.
Bibi memberikan sebungkus bubur tersebut ke Ettan yang siap diantarkan ke Vandra.
Ettan membuka pintu tersebut dan melihat isi kamar Vandra yang jauh dari kata rapih. Vandra melihat ke arah jendela, rambut mengembangnya terlihat acak-acakan. Inikah Vandra yang galak dan ceria?
"Sepertinya tidak terjadi gempa, apa hanya terjadi di kamar lo doang ya?" ucap Ettan yang membuat Vandra menoleh.
"Ngapain lo kesini?" ketus Vandra dan membuang wajahnya "Mau ketawain gue karena penampilan gue begini? Gue lagi sakit tau!" protesnya.
Ettan terkekeh "Iya tau, keliatan kok"
Di bawah mata Vandra begitu terlihat hitam, ia pasti kurang tidur.
Ettan menaruh punggung tanganya ke keningnya. Tidak terlalu panas. Mungkin demamnya sudah menurun.
"Gue bawain bubur" Ettan mengangkat bubur tersebut dan tersenyum lebar "Biar lo semakin sehat"
"Halah, itu kan bubur yang gue titip ke Bi Eni. Sok sok an lo yang bawa" sinis Vandra yang langsung menarik pesanan buburnya.
Ettan terkekeh melihat Vandra, di kondisi yang seperti ini ia masih saja terlihat galak.
Ettan berdiri dari tempatnya dan mulai membersihkan kamar Vandra. Vandra yang di tempat tidur hanya diam dan melihat Ettan.
"Kenapa sampai berantakan begini sih?" tanya Ettan dengan sinis.
"Gue lupa taruh inhaler dimana, kondisinya waktu itu gue panik jadi nyarinya sambil berantakin kamar" ucapnya dengan asal "Udah gak perlu diberesin nanti gue aja yang beresin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Genç KurguCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...