4. Keluhan

2.7K 130 3
                                    

"Ucapan-ucapan itu terasa seperti angin, sesaat namun dingin"
------------------

"Hallo"

Vandra langsung mengangkat telepon tersebut ketika nama Gerald muncul di layarnya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Ettan yang masih mengoceh di parkiran.

Apalagi perkataan Ettan tadi membuatnya sedikit mual.

Laki-laki sok kegantengan. Emang ganteng sih tapi... Aduh Vandra! Buang jauh-jauh! Ew.

"Hallo sayang, aku baru membaca pesanmu. Kamu ada di mana? Sudah sampai sekolah?"

Memang tadi Vandra menulis pesan pada Gerald untuk bertanya apa pacarnya tersebut masih sempat menjemput Vandra dan mengantarkannya ke sekolah karena mesin mobilnya tidak bisa menyala.

"Sudah, Gerald. Kamu tidak perlu khawatir" ucap Vandra yang berjalan santai di lorong-lorong kelas.

"Dengan siapa tadi kamu kesana?"

"Dengan ojol, aku tidak punya pilihan lain" jawab Vandra berbohong.

Kali ini ia berbohong demi semuanya. Ia tidak ingin Gerald marah dan mengambek pada dirinya atau lebih parahnya nanti menemui Ettan. Apalagi Vandra tau kalau Ettan juga jago berkelahi. Ia tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Baiklah kalau begitu, nanti kamu pulang bagaimana?"

Vandra menghela napasnya, haruskah Gerald bertanya seperti itu tanpa ada inisiatif untuk menjeputnya?

"Dengan ojol lagi" ujar Vandra mengasal.

"Yasudah kalau begitu, aku tidak perlu khawatir. Jangan menerima tumpangan dari laki-laki mana pun ya"

Ucapan itu membuat Vandra tertusuk sedikit di hatinya. Baru saja ia menerima tumpangan dari laki-laki lain dan itu adalah Ettan.

"Aku juga tidak ingin melihat kamu akrab dengan laki-laki lain" sambung Gerald dari seberang sana.

Vandra lagi-lagi menohok karena perkataan Gerald, ia telah melanggar Gerald karena ia akrab dengan tiga laki-laki yang baru saja ia kenal.

"Aku mempercayaimu, Mei dan maaf ya akhir-akhir ini aku sedang sibuk" lanjut Gerald.

"Aku mengerti, tenang saja" ujarnya dengan getir.

Sebenarnya ia rindu, amat rindu. Vandra harus menahan rindu itu lagi.

Pikirannya juga melayang.

Tidak akrab dengan laki-laki lain.

Tidak menerima tawaran tumpangan dari laki-laki lain.

Tapi ia melakukannya. Apa ia telah berkhianat pada pacarnya itu?

Vandra menghela napasnya dan duduk tenang di bangkunya.

"Vandra!" seru Juna yang baru masuk ke dalam kelas lalu menghampiri Vandra yang kebetulan sekali tempat duduk mereka berdekatan.

Vandra tersenyum kikuk, ia menjadi ingat peringatan Gerald.

"Yaelah kaku amat. Gak usah gitu sama gue, santai aja" ujarnya dengan semangat lalu ia mendekat ke arah Vandra membisikkan sesuatu "Gue setuju kok kalo lo sama Ettan"

"Apa?!" Vandra setengah berteriak yang membuat beberapa mereka di kelas melihatnya.

"Ya ampun gak usah sok-sok kaget gitu, gue tadi liat kalian kok" ucap Juna sambil senyum lima jari "Tenang gue bantuin lo biar bisa jadi"

Tidak lama Ettan datang bersama Elang.

"Lang, sini!" seru Juna yang memanggil Elang.

Ahelah, pasti mau gossip.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang