20.1 Awkward Moment

2K 125 2
                                    

"Lo tau Van, hal yang paling menyenangkan saat pemilihan ketua OSIS seperti ini di sekolah ini?" tanya Juna yang kini berada di samping Vandra.

Mereka sekarang sedang duduk mendengarkan instruksi Satria yang berada di depan. Mereka berada di lapangan dengan kursi yang sudah disediakan, serta tenda agar siswa tidak kepanasan. Di depan mereka juga terdapat panggung kecil yang sudah terdapat tiga bilik suara, calon ketos pun duduk di samping panggung. Seperti tempat pemungutan suara pada umumnya saat akan pilkada. Sekolahnya benar-benar royal dalam hal mengadakan acara.

"Akan free class" bisik Juna sebelum Vandra menjawab.

"Serius?"

Juna mengangguk "Tapi ya gitu, semua harus masuk sekolah tanpa terkecuali dan diabsen. Kalau ketauan gak masuk, akan ada punishment nya tersendiri"

Vandra mengerti sekarang, mengapa kemarin gurunya sangat keras menperingatkan untuk masuk sekolah. Ternyata hari wajib masuk namun bebas.

"Di sekolah lama lo pemilihan ketos kayak gini juga gak?" tanya Juna kembali.

Vandra menggeleng.

"Kayak gimana?"

"Gak se-wah ini sih, bahkan sederhana banget. OSIS nya cuma keliling kelas bawa sebuah kotak dan pemungutan suara diadakan di kelas" jawab Vandra.

"Ya...beginilah sekolah kita" ucapnya dengan nada sombong.

Pemungutan suara pun dimulai sesuai dengan urutan nomor absen. Vandra dapat giliran bersama Juna lalu disusul oleh Elang di belakangnya, padahal Elang memiliki nomor absen yang cukup jauh dengan mereka.

Setelah mereka bertiga memberikan suaranya, mereka diarahkan untuk mencelupkan jari kelingkingnya ke sebuah tinta. Benar-benar seperti pemungutan suara pada umumnya.

Mereka bertiga turun dari panggung dan menemui Ettan yang berada di samping panggung. Mereka sempat melakukan foto, sampai akhirnya Elang berpamitan untuk pulang duluan. Ternyata hari ini adalah hari pengangkatan ayahnya, jadi ja harus terburu-buru.

"Kamu temenin aku aja di sini" pinta Ettan pada Vandra dengan rengekkannya "Males banget di sini, aku gak ada temen ngobrol"

Vandra mendengus dan mengacak-acak rambut Ettan.

"Kamu di sini aja, coba ajak ngobrol Arman dan Carissa" Vandra melirik sedikit ke arah kandidat yang lain tersebut "Sepertinya mereka baik dan cukup menarik"

Ettan mendekat dan berbisik "Aku gak nyambung ngobrol sama mereka. Daritadi si Arman ngomonginnya kimia, udah tau aku paling gak bisa kimia. Kalau Carissa daritadi ngomonginnya gunung, sungai, danau, pantai sampai ritual-ritual aneh"

"Kamu gak boleh begitu!"

"Kenyataannya begitu" desis Ettan "Jadi kamu gak mau nemenin aku?"

"Bukannya aku gak mau, tapi kalau aku nemenin kamu trus Juna sama siapa? Kasian dia sendirian, Elang kan udah pulang"

"Alasan" gumam Ettan yang sudah membuang pandangannya ke arah samping.

"Aku beneran"

Ettan mendecak "Kamu lebih sayang Juna ya dibanding aku?"

Mata Vandra melotot ke arah Ettan, lalu ia sedikit tertawa.

"Gak ada yang lucu, Vandra!" bibir Ettan cemberut.

"Jadi ceritanya kamu cemburu sama sepupu kamu sendiri?"

"Aku gak cemburu tapi aku cuma khawatir. Siapa tau dia tertarik sama kamu dan kamu juga sama, apalagi dia lagi patah hati yang artinya dia begitu rentan sama perhatian-perhatian cewek. Mana ada yang tau di dunia ini"

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang