Ettan terdiam menunggu apa yang akan dibicarakan oleh Freya, setelah beberapa bulan ia tidak mendengar suara Freya bicara padanya kini ia medengarnya kembali. Bahkan Freya telah berani menatap matanya lagi. Sekarang ia yang mulai berpikir untuk apa Freya mengajak dirinya untuk bicara?
Sedari tadi Ettan mengetuk-ngetuk jarinya di meja, ia tidak ingin memulai bicara sebelum Freya mengatakannya lebih dulu.
"Ettan, aku ingin bertanya sesuatu" hanya itu yang diucapkan Freya.
Ettan mendongakkan kepalanya dan menatap mata Freya.
"Maaf kalau aku mengganggu waktu kamu" lanjut Freya sambil berhati-hati.
"Tidak apa-apa, santai saja" ucap Ettan sambil memberi sedikit senyumnya "Jadi apa yang ingin ditanyakan?"
"Kamu sedang dekat dengannya?" suara Freya melemah dan mengecil bahkan hampir tidak terdengar.
Ettan mengerutkan keningnya, ia takut salah dengar dengan apa yang diucapkan oleh Freya.
"Maksudmu?"
Freya menatap ke arah meja Ettan sebelumnya, terarah ke Vandra. Ettan sekarang mengerti.
"Oh dia" ujar Ettan dengan santai "Ada apa?"
"Kamu sekarang dekat dengannya? Ku dengar tadi pagi kamu berangkat dengannya. Apa itu benar?" tanya Freya kembali dengan sedikit penegasan.
"Bukan aku saja yang dekat, Juna dan Elang juga dekat dengannya. Lalu berita itu sudah sampai di telingamu ya? Tadi pagi aku memang berangkat dengannya, kebetulan rumah kami berdekatan. Itu saja" jawab Ettan dengan jujur.
Freya mengalihkan pandangannya ke bawah, Ettan masih saja menatapnya tanpa henti.
Sebenarnya Ettan amat rindu dengan Freya, namun ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk mengulang mencintainya. Ia tidak mampu dan tidak mau. Baginya itu semua adalah masa lalu yang harus disimpan baik-baik bukan terus-menerus digenggam dengan erat.
"Maksudku bukan seperti itu Ettan" sanggah Freya dengan cepat "Maksudku, apakah kamu..."
"Dia gadis yang baik, periang dan dia sangat mirip denganmu saat akhir-akhir hubungan kita, suka memprotes" Ettan memotong pembicaraan Freya.
"Apa kamu sudah lupa bahwa aku sama sekali tidak menyukai bila kamu membandingkan aku dengan orang lain?" raut wajah Freya sangat berubah menjadi kecewa "Aku tidak suka akan hal itu"
"Maaf kalau itu membuat kamu gak suka. Ku kira akan baik-baik saja ketika aku membandingkanmu dengan dia. Kalau dibandingkan denganmu juga jauh, kamu penurut sekali, sedangkan ia pembangkang dan suka memprotes, sifatnya itu hanya mengingatkanku sama kamu saat kita mau putus. Lagipula, bukankah tidak ada lagi yang harus ku jaga perasaanmu meskipun sekecil pasir?" sinis Ettan tanpa memandang ke arah Freya.
"Aku tidak peduli lagi jika kamu tidak mementingkan diriku lagi. Tapi apa kamu suka sama dia?" Freya menatapnya dengan penuh harap.
"Namanya adalah Vandra. Jika kamu menanyakan apakah aku tertarik dengannya, ku jawab iya. Tidak ada alasan untuk berkata tidak tertarik dengannya. Dia cantik, pintar, baik, dan seru" ujar Ettan dengan sejujur mungkin "Namun, untuk perasaan lebih lagi mungkin belum, aku tidak tau nanti"
Freya terhenyak mendengar pernyataan Ettan. Ia merasa sebuah bom mendarat di kepalanya.
"Sekarang kamu malah memujinya di depan aku, berarti kamu akan menyukainya?" tanya Freya kembali.
"Aku belum tau. Aku mengatakan seperti itu karena aku takut jika nantinya perasaan itu akan muncul dan itu artinya aku memakan omonganku sendiri. Paham?" ujar Ettan yang masih menatap Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Teen FictionCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...