Sudah beberapa hari ini Vandra menghindar dari seseorang yang berasal dari masa lalunya sendiri. Terakhir ia pulang dari rumah Juna itu, kakaknya mengabarkan bahwa Gerald ke rumahnya pada sore hari. Benar saja perasaannya itu. Dua hari kemarin ia juga memaksa Ettan untuk mengajaknya pergi hanya untuk sekedar jalan-jalan, menemani Ettan futsal, ke rumah Juna kembali dan menonton bioskop. Apapun itu asal ia tidak di rumah dari pagi hingga malam.
"Van, aku mau kumpul sama calon ketos yang lainnya dulu ya. Bentar lagi orasi visi misi. Doain aku" Vandra tersadar dari lamunannya, ia mengangkat kedua jarinya.
Upacara ternyata sudah selesai dan sekarang waktunya orasi visi misi dari calon ketua OSIS. Ettan menjadi nomor tiga karena saat pengambilan nomor Ettan tidak mengikutinya, karena waktu itu ia belum memiliki keinginan untuk mengikuti ini.
Vandra terus memperhatikan Ettan dari di dalam barisan-barisan ini. Saat Ettan melangkah banyak sekali riuhan tepuk tangan yang tertuju padanya serta meneriakan namanya. Vandra tersenyum kecil melihat bahwa memang pacarnya itu memiliki magnet tersendiri untuk orang banyak.
Kepala sekolah mengumumkan bahwa orasi akan segera dimulai dan mengingatkan kepada seluruh siswanya bahwa siapapun yang berdiri di mimbar nanti harus dihargai dan didengarkan. Siswa-siswa menyetujuinya.
Orasi pun di mulai dari nomor urut satu.
Vandra sebenarnya tidak memperhatikan jelas apa visi misi yang disebutkan oleh salah satu calon ketua OSIS ini, pandangannya hanya tertuju pada Ettan yang juga sejak tadi memandangnya. Wajah Ettan sama sekali tidak terlihat gugup bahkan ia masih bisa tersenyum kecil padanya, Vandra membalasnya dengan senang hati.
Ettan berdiri di sana dengan pakaian yang rapih serta atribut yang lengkap, tidak seperti biasanya. Senyumnya yang memikat itu pasti akan membuat jatuh cinta bagi siapapun yang melihatnya.
"Jangan liatin Ettan mulu, dia jadi salting tuh, senyum-senyum terus ke lo..." bisik Juna yang berada di sampingnya menggantikan posisi barisan Ettan.
"Biarin aja kek, sirik aja nih jomblo" balas Vandra.
"Masalahnya cewek-cewek di samping barisan gue ini juga jadi pada liatin Ettan, mereka berisik banget" ujar Juna.
"Gak peduli, lagian Ettan liatnya ke gue bukan mereka kok" ucap Vandra dengan ceria yang masih melihat ke arah Ettan.
Memang yang dikatakan Juna itu benar, tapi ia sungguh tidak peduli akan hal itu. Dihadapannya sekarang, Ettan terus tersenyum padanya dan melambaikan tangannya. Sesekali ia menunjuk pada dirinya sendiri lalu membentuk tanda hati menggunakan kedua tangannya, dan menunjuk ke arah Vandra.
Vandra terkekeh melihatnya.
"Ihh jijik dah lama-lama liatnya" ujar Juna.
"Gue bilang juga apa, lama-lama mereka berdua kayak anak alay" tambah Elang yang berada di belakang Juna.
"Selanjutnya kandidat ketua OSIS nomor tiga, beri tepuk tangan yang meriah, ini dari kelas 11 IPA 1, Ettan Orlando Janes"
Semua bertepuk tangan, beberapa cewek histeris meneriakkan nama Ettan.
Ettan masih terdiam dan tersenyum melihat ke arah Vandra, Ettan mengangkat kedua tangannya lalu seperti bicara 'Doain aku, ya'. Vandra mengangguk dan mengangkat kedua jempolnya, baru setelah itu Ettan melangkah ke mimbar.
***
"Kok jadi aku yang deg-degan ya untuk besok pemilihan ketos. Padahal tadi pas kamu orasi kayaknya gak gugup sama sekali" ucap Vandra yang sambil berjalan menuju parkiran.
"Aku gugup kok"
"Masa sih?"
"Iya, aku gugup diliatin kamu mulu" Ettan menggapit tangan Vandra sambil "Tapi tadi aku keren gak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/133271932-288-k274788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Genç KurguCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...