9.2 Luka Freya

2.3K 126 2
                                        

Setelah menarik Vandra keluar dari kelas, Ettan kini hanya terdiam tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun. Ia takut kata-katanya akan lebih menyinggung Vandra. Jadi ia memilih untuk diam.

Vandra melepaskan tangannya, hal itu membuat Ettan terkejut dan melihat ke arah belakang.

"Mau ke loker dulu" ujar Vandra.

Ettan mengangguk dan mereka sekarang berjalan berbalik arah.

Di lorong yang berisi banyaknya loker ini mereka berdua saling membisu, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka. Vandra hanya mengambil barang di loker lalu menguncinya kembali.

Vandra berjalan ke arah toilet dan Ettan tetap terus mengikutinya.

Ettan terus saja menatap langkah kaki Vandra yang melebar dan cepat itu, mungkin Vandra juga merasakan hal sama dengan dirinya saat ini juga.

"Lo mau ikut masuk?" tanya Vandra setelah berhenti di depan toilet.

Ettan menggeleng dengan cepat "Gue tunggu sini ya"

"Iya"

Ettan sekarang bingung harus bersikap seperti apa dengan Vandra, tiba-tiba Vandra menjadi pendiam seperti itu. Vandra tidak protes ketika tangannya di pegang saat Ettan menarik keluar Vandra dan Vandra juga tidak lagi mengatakan bahwa Ettan bukanlah cowok yang steril. Ternyata lebih baik Vandra berucap seperti itu daripada harus melihatnya terdiam seperti ini.

Kata-kata yang dikeluarkan Freya juga tidak begitu pantas untuk dibicarakan, apalagi hal itu ditujukkan untuk Vandra. Ettan yakin Vandra adalah perempuan yang baik, Vandra saja tidak ingin sembarangan orang menyentuhnya lalu bagaimana bisa Freya dengan mudahnya mengatakan hal seperti itu?

Ettan dengan gusar masih setia berdiri di depan toilet cewek. Ia
masih memikirkan kejadian tadi di kelas, ia jadi benar-benar merasa tidak enak dengan Vandra. Apapun yang dikatakan Freya pada Vandra pasti itu sangat menyakitkan untuk Vandra. Meskipun Ettan tidak mendengar semuanya dan hanya mendengar bahwa Freya mengatakan bahwa Vandra dan Maudy adalah cewek murahan, selebihnya ia tidak tau bahkan ia tidak tau siapa yang memulai keributan terlebih dahulu.

Siapapun yang memulai keributan itu dengan amat menyesal, Ettan sangat kecewa dengan ucapan Freya. Ucapan itu sangat tidak pantas dikeluarkan untuk gadis baik seperti Vandra. Sungguh, Freya sangat tidak mengenal Vandra! Apa sih yang dipikirkannya ketika mengatakan hal itu di depan orang banyak? Untuk apa? Untuk dibilang keren dan berani?

Sejauh ini Ettan mengenal Vandra dengan baik, bahkan belakangan ini nama Vandra yang mengisi otaknya, Ettan terus berpikir positif bahwa Vandra tidak mungkin memulai duluan. Namun jika dilihat karakteristik yang sebenarnya, Freya lebih tidak memungkinkan. Lalu siapa yang memulai duluan?

"Udah selesai?" ucap Ettan setelah melihat Vandra keluar dari toilet

Vandra mengangguk "Ettan, makasih ya" ucap Vandra sambil tersenyum.

Vandra tersenyum kembali! Ini lebih baik dari sebelumnya.

"Iya sama-sama Van" jawabnya sambil tersenyum.

"By the way, lebih mudah beli pembalut atau harus lari 20 kali di stadion?" Vandra meledeknya, ternyata ia masih ingat dengan perkataan Ettan.

"Lebih mudah beli pembalut sih, gak capek dan buang tenaga juga tapi kan..." Ettan tidak berani melanjutkannya.

"Apa?"

"Engga"

"Apa?" Vandra kini mendesaknya.

"Malu!" geram Ettan "Gue baru kali ini beli pembalut, sebelumnya nyokap gue, kakak dan adik gue gak pernah nyuruh gue beli pembalut. Ya Tuhan!" Ettan benar-benar mengeluh kali ini.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang