12. Picture

2.4K 134 0
                                    

Hari ini Vandra bisa terbangun dari tidurnya dengan perasaan lega dan senang karena membuka matanya di kamarnya sendiri. LDKS telah selesai kemarin, sebenarnya ini lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan, seharusnya ini menjadi hari terakhir acara tersebut namun acara itu diselesaikan kemarin karena Ettan.

Kemarin Ettan begitu terlihat antusias saat menceritakan apa yang telah terjadi oleh Vandra pada pak Danto, bagaimana Vandra menghilang hingga ditemukan di dalam toilet dalam keadaan basah dan kotor. Ettan meminta pada pak Danto untuk mengusut siapa pelakunya dan meminta acara LDKS tersebut dihentikan karena ia begitu takut jika Vandra yang akan menjadi korban kembali, meskipun Vandra telah melarangnya tapi Ettan tidak peduli. Oleh karena itu, pak Danto memberikan instruksi untuk memberhentikan acara LDKS.

Vandra beranjak dari tempat tidurnya dan bercermin. Oh, astaga! Rambutnya yang berantakan ini terkadang membuat dirinya merasa cantik meskipun terlihat urakan. Ia mengambil kunciran hitam dan mengikat rambutnya. Vandra sedikit merasa beruntung rambutnya tidak segelombang waktu dia masih kecil.

Dengan langkah gontai ia menuruni tangga dan mencari Bundanya.

"Bunda sedang ke supermarket, Non" ujar Bi Eni saat melihat Vandra yang celingukan.

"Daritadi Bi?"

"Baru jalan Non"

Vandra mengangguk dan berjalan lagi ke arah tangga.

"Non Vandra mau sarapan?"

"Engga, makasih Bi. Aku belum lapar" jawabnya dan melanjutkan langkahnya.

Suara pintu terketuk. Vandra menoleh dan memutuskan untuk turun kembali.

"Biar aku aja, Bi" Vandra memberi instruksi agar Bi Eni tidak beranjak.

Vandra berjalan dengan cepat dan membuka pintu utama rumahnya.

Ettan ternyata.

"Ini bukan hari sekolah, kan?" tanya Vandra yang kebingungan.

Biasanya memang Ettan ke rumahnya tapi untuk menjemputnya sekolah, namun ini kan hari minggu.

"Memang bukan" jawab Ettan dengan santai "Gue cuma mau ngecek keadaan lo aja" ujarnya.

"Gue baik-baik aja. Ayo masuk" Vandra melangkahkan kakinya ke dalam, tapi ia tau bahwa Ettan tidak mengikutinya.

Vandra berhenti dan menengok ke belakang "Kenapa?"

"Gak apa-apa, gue kesini cuma khawatir sama keadaan lo, takut lo sakit lagi. Habisnya sudah beberapa kali gue coba buat telpon tapi nomor lo gak aktif" ucap Ettan yang masih berdiri di pintu.

Vandra menghela napasnya, ia baru ingat bahwa ponselnya rusak karena siraman air sialan itu.

"Karena kejadian kemarin, handphone gue gak bisa nyala jadi gue gak bisa aktifin nomor gue. Maaf ya, Tan" jawab Vandra.

"Seharusnya yang membuat lo basah kemarin yang harus minta maaf" ujar Ettan dengan wajah yang serius "Gue gak akan ngebebasin siapapun yang melakukan itu"

Vandra maju lebih dekat ke arah Ettan dan memegang pundaknya lalu ia tersenyum manis sekali.

"Gue udah gak apa-apa, lagian itu cuma handphone" ucap Vandra dengan menatap Ettan.

"Bukan masalah handphone, Vandra, tapi ini masalah lo yang dikurung di toilet yang gelap dan sepi ditambah lo disiram sama air bekas pel-an!" Ettan mulai meninggikan suaranya.

Vandra mengambil napasnya berkali-kali, memang ucapan Ettan benar namun Vandra memilih melupakan kejadian tersebut daripada harus mengungkitnya karena hal itu juga membuat emosi Vandra naik, jadi ia memilih melupakannya.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang