Vandra terbangun dari tidurnya setelah ia mendengar suara telepon yang begitu keras. Sehabis pulang sekolah tadi, Vandra langsung pergi ke kamarnya dan menangis dengan keras di sana. Ia tidak peduli jika tetangganya akan mendengar. Lagipula siapa yang ingin mendengarnya?
"Hallo. Kamu kenapa menelponku berkali-kali? Maaf sejak tadi aku bersama Helda sehingga tidak bisa mengangkat teleponmu" Gerald langsung merocos saat teleponnya diangkat oleh Vandra.
Memang sejak tadi Vandra mencoba untuk menelpon Gerald, karena ia tidak tau lagi harus bercerita dengan siapa. Meskipun Vandra sedikit gengsi apabila Gerald mengetahui masalahnya, tetapi setidaknya jika Vandra bercerita akan sedikit mengurangi rasa kesedihannya. Selama ini yang berpacaran bertahun-tahun dengannya juga Gerald, jadi Vandra berpikir bahwa Gerald akan mengerti kondisinya dan akan mendengarkan semua ceritanya.
"Gak apa-apa sih. Maaf ya kalau ganggu waktu kamu" ucap Vandra dengan begitu gugup.
"Jadi gak ada yang ingin kamu ceritain? Kayaknya gak mungkin deh kalau gak ada, kalau kamu sudah menelpon berkali-kali pasti ada sesuatu hal yang salah. Benar kan?"
Iya, iya tebakan kamu benar, Gerald.
"Hanya sedikit masalah kecil tapi tidak perlu dibesar-besarkan"
Vandra jadi merasa tidak enak hati pada Gerald. Gerald begitu baik padanya meskipun kemarin-kemarin Vandra memperlakukannya dengan kasar. Vandra agak sedikit menyesal akan semua perbuatannya kemarin.
"Apa itu?"
"Eh?"
"Apa masalahnya? Apa masalah kecil yang bisa membuat kamu gelisah setengah mati itu?"
"Nevermind. Aku cuma butuh temen ngobrol aja"
"Aku harus ke rumahmu, begitu?"
"Tidak, tidak. Aku hanya ingin berbicara di telepon saja. Suasana hatiku sedikit tidak enak"
"Lagi bertengkar dengan pacarmu?"
Deg. Ada sedikit rasa tertusuk di dada Vandra.
Vandra bergumam sebentar.
"Aku mengerti, Mei. Pertengkaran kecil di sebuah hubungan adalah hal yang wajar" ujar Gerald dengan santai dan terkekeh "Kita juga dulu sering seperti itu"
"Tapi aku yang sering ngambek pada saat itu"
"Itu juga karena aku sering melarangmu banyak hal"
Vandra menjadi sedikit canggung karena topik pembicaraan ini melemparkan suasana yang agak membuatnya risih. Apa tidak bisa jika tidak membahas masa lalu yang sudah berlalu?
"Bagaimana dengan Helda? Bagaimana perkembangannya?"
Gerald berdehem sebentar dan menarik napasnya, semua itu terdengar dari telepon Vandra "Aku sudah beberapa kali ke rumahnya untuk mengantar Helda pulang, tetapi belum juga bertemu dengan ayahnya. Aku juga sengaja berkali-kali mengajak Helda pergi saat pulang sekolah, agar saat mengantarnya pulang sudah cukup malam namun tidak bertemu juga"
"Apa ayahnya sesibuk itu?"
"Entahlah, tapi aku sering berpura-pura ingin bertemu ayahnya untuk berpamitan pulang namun Helda selalu mengatakan bahwa ayahnya lembur jadi belum pulang atau ayahnya ada keperluan di luar negeri sehingga tidak ada di rumah"
"Apa kamu tidak bisa berbicara pada ibu nya Helda?"
"Ibu nya pun aku tidak pernah melihat...mungkin ia ada di luar negeri. Lagipula, jika pun ada ibunya aku tidak akan memberitahu ibunya, aku tidak akan bisa melakukan hal itu. Pasti rasanya sakit sekali"
![](https://img.wattpad.com/cover/133271932-288-k274788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Novela JuvenilCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...