Ettan berjalan di lorong sekolah tanpa siapapun, biasanya ia berdua dengan Vandra tetawa bersama dari parkiran motor, tetapi sekarang kini berasa berbeda. Sudah tidak ada Vandra lagi disisinya. Vandra memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan Ettan sedang mencoba mengikhlaskan semuanya meskipun rasanya begitu sangat sulit.
Saat memasuki kelas langkah kaki Ettan berhenti sejenak, ia sudah melihat Vandra di tempat duduknya dan tertawa bersama Juna. Rasanya sudah lama sekali Ettan tidak melihat tawa Vandra. Ada kelegaan di hatinya ketika melihat tawa Vandra tersebut, setidaknya Vandra terlihat senang tanpa dirinya. Meskipun Ettan sadar bahwa hal itu pertanda tidak baik untuknya, karena semakin Vandra bahagia tanpa dirinya, kesempatan untuk memperbaiki hubungannya juga semakin tipis.
"Tan, sini!" sahut Juna saat melihat Ettan berada di depan pintu kelas.
Ettan masih terdiam dan melihat ke arah Vandra yang juga sedang melihatnya. Vandra tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Hey..." ucap Ettan dengan kaku "Ada apa nih?"
"Gak ada apa-apa, ngobrol biasa aja" jawab Juna.
"Oh..." kepala Ettan mengangguk-angguk.
"Oh iya, udah lama banget ya kita gak main. Nanti pulang sekolah kita main yuk di rumah gue, gimana? Nanti ajak Elang juga. Adik-adik gue juga udah pada kangen sama lo, Van"
"Pulang sekolah nanti kayaknya gue gak bisa deh, udah ada janji soalnya. Gue gak bisa batalin gitu aja"
"Janji sama Gerald?" tanya Ettan secara spontan, lalu ia langsung menundukkan kepalanya "Sorry, kalau terdengar kepo banget"
"Iya gak apa-apa, santai aja" ucap Vandra "Nanti kalau gue masih ada waktu, gue sempetin ke rumah lo" sahut Vandra ke arah Juna.
"Kalau pulang sekolah aku anter ke tempat Gerald, boleh?"
Rasanya ganjal sekali di hati Ettan ber-aku kamu dengan Vandra di saat hubungannya telah selesai bahkan dengan keadaan yang tidak baik.
"Bukannya gak boleh tapi Gerald mau jemput aku, kebetulan tempat yang mau dikunjungi lebih dekat dari sini" tolak Vandra dengan halus.
Ettan tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. Sekarang Vandra benar-benar mementingkan Gerald dibanding dirinya, Ettan merasa benar-benar jatuh dan terkalahkan. Semua hal yang kemarin Ettan raih secara mudah, sekarang runtuh atau lebih tepatnya harus dikembalikan kepada pemilik semula, yaitu Gerald.
"Tapi nanti kapan-kapan aku masih boleh jemput kamu kan? Ongkos dari rumah ke sekolah lumayan juga kan kalau dihitung-hitung" ujar Ettan.
Mata Vandra terbelalak dengan pernyataan Ettan. Senyumnya terukir meskipun tipis. Seperti ada sedikit harapan untuk Ettan, meskipun terlihat harapan itu hanya setitik.
"Gak perlu, ngerepotin Tan" tolak Vandra secara halus.
"Gak apa-apa, aku gak pernah merasa direpotin kok. Lagi pula kita searah"
"Maaf Tan, gak bisa. Aku bisa naik ojol kok"
"Gak apa-apa Van... lagipula ojol juga belum tentu aman"
"Aku ikut bareng sama kamu tapi aku bayar ya bensinnya, gimana?"
Ettan menurunkan pandangannya. Vandra mau membayar tumpangan yang ia berikan, seperti benar-benar Vandra memberikan jarak antara dirinya dengan Vandra.
Ettan mengangguk setuju, tidak ada cara lain. Mungkin dengan cara ini ia bisa mendekati Vandra lagi.
"Hmm oke, makasih ya"
"Sama-sama" ucap Ettan dengan masih tersenyum.
"Widih, pagi-pagi pemandangannya enak banget nih" Elang tiba-tiba muncul dihadapan mereka bertiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Novela JuvenilCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...