30.1 Insiden

1.9K 105 3
                                    

Sudah seminggu ini Vandra menghindari Ettan agar Ettan tidak menjemputnya di rumah, sehingga berkali-kali Vandra bangun amat pagi agar bisa berangkat lebih cepat dari biasanya. Vandra tidak ingin Ettan dengan mudah berada di sampingnya kembali, rasanya masih saja begitu sakit ketika mengetahui kejujuran Ettan seminggu yang lalu. Dan hal itu benar-benar membuat Vandra lebih hati-hati kembali.

Meskipun Vandra juga sering kali bercengkrama dengan Ettan jika sudah berada di sekolah, itu juga karena rasa tidak enaknya kepada dua sepupu Ettan, Juna dan Elang. Mereka berdua terlalu baik untuk Vandra dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah dirinya dan Ettan, jadi tidak ada alasan yang mengharuskan Vandra ikut membenci sepupunya.

Masalah tentang Ettan, Vandra juga otomatis mengingat tentang Freya. Kini keadaannya berubah, lebih tenang dari sebelum-sebelumnya bahkan lebih tenang dari saat ia masih menjadi pacar Ettan. Freya sekarang lebih banyak tersenyum saat Vandra berpapasan dengannya. Bahkan Freya yang mengusulkan agar Vandra berpasangan dengan Ettan untuk acara sekolah nanti. Entah ada apa dengan isi otak Freya sehingga bisa melakukan hal itu.

"Teman-teman, kita kan dapat budaya dari provinsi Sulawesi Selatan, jadi ada yang punya usul soal makanan nya? Karena jujur gue gak terlalu tau soal provinsi itu" Dharma membuka rapat kelas setelah ujian berakhir.

"Mau makanan yang berat atau makanan ringan? Kebetulan Mama gue orang Makassar" kini Soraya yang bersuara.

"Kalau bisa makanan berat satu dan beberapa makanan ringan. Karena disuruhnya lima makanan" ujar Dharma.

"Gue sih usulnya es pisang ijo, es pallu butung, coto makassar, pisang epe sama jalangkote. Kalau lo gak tau itu apa searching aja dulu. Nanti kalau kalian pada setuju gue tinggal minta resep sama nyokap trus kita bikin kelompok yang bertanggung jawab atas lima makanan itu" jelas Soraya.

"Gue percaya sama Soraya kalau soal makanan, jadi langsung bikin kelompok aja" ujar Selly.

Semua setuju dengan usul Selly, tanpa berkata panjang lagi Dharma langsung menunjuk orang-orang yang harus bertanggung jawab atas makanan tersebut.

"Kalian langsung cari info bagaimana proses pembuatannya, kalau perlu kalian coba-coba dulu di rumah. Kan masih ada waktu sabtu dan minggu, trus kalau bisa kalian ke rumah Soraya, temuin mamanya dan kasih tester atas percobaan kalian itu. Biar kalian juga tau kurangnya ada dimana. Mengerti ya semuanya?"

Mereka semua mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengerti.

"Oh iya, masalah fashion show gimana kostumnya? Udah ada?"

"Hari senin langsung gue bawain kostumnya, kebetulan tante gue punya penyewaan baju-baju adat gitu, soal ukuran gue yakin pasti muat sama Vandra dan Ettan" ujar Freya yang menawarkan diri langsung.

Vandra menghela nafasnya dengan panjang dan memberanikan diri mengangkat tangannya.

"Memang harus gue ya? Maksudnya... masih banyak yang lebih pantea daripada gue, lagian gue kaku banget, gak pernah ikut-ikutan gituan" ucap Vandra dengan ragu-ragu.

"Soal itu gampang Van, hari ini lo ke rumah gue ya. Di tunggu sama nyokap" ujar Elang.

"Tapi gue bener-bener gak bisa, gue cuma gak mau nanti kelas ini jadi malu-maluin gara-gara gue" ujar Vandra.

Ucapan Vandra tersebut setengah jujur, setengah tidak. Vandra jujur karena ia tidak pernah ikut acara seperti itu, tapi yang paling utama alasannya adalah ia tidak ingin disandingkan dengan Ettan.

"Lagian pulang sekolah ini gue gak bisa ke rumah lo Lang, gue ada janji buat pergi" lanjut Vandra dengan suara yang merendah.

"Vandra, udah gak ada waktu untuk merubah-rubah lagi. Lo doang yang bisa diandalkan, apalagi nanti di acara itu pesertanya akan di kasih pertanyaan dan gue percaya sama lo buat tugas yang ini" ucap Dharma yang meyakinkan Vandra "Urusan pribadi tolong dikesampingkan dulu sampai acara ini selesai"

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang