Vandra lagi-lagi harus menunggu 3 brandalan itu bermain futsal disaat waktu pulang sekolah. Untungnya tadi ia sempat berganti baju dulu ke rumah dan mereka bertiga setuju untuk menunggu Vandra, sekaligus numpang makan siang di rumahnya.
"Vandra" panggil seseorang.
"Sarah!!!" Vandra berdiri dari tempat duduknya dan memeluk perempuan tersebut.
"Lo apa kabar?" tanya Sarah yang sudah melepaskan pelukannya.
"Baik kok baik, lo sendiri apa kabar?"
"Gue juga baik. Nemenin Gerald futsal ya?" sambil menunjuk ke arah lapangan.
Senyum di wajah Vandra berubah agak sedikit masam dan menjadi kecil.
"Temen, Sar" Vandra mengecilkan suaranya.
Teman lamanya ini menyebut nama Gerald membuat ia menjadi ciut. Sudah beberapa hari ini ia tidak mengingat Gerald, tetapi baru saja seseorang menyebut nama itu membuat hatinya merasakan keanehan lagi.
Sarah menutup mulutnya "Jadi...gossip lo putus sama Gerald itu bener?"
Vandra tersenyum kecut dan mengangguk.
"Kenapa?"
"Ceritanya panjang dan gak bisa gue ceritain di sini" jawabnya.
Sarah memeluk Vandra dengan erat.
"Kayaknya gue paham Van, gossip lo tentang Gerald di sekolah sudah meluas, padahal lo sama Gerald aja gak bersekolah di sana ya. Gue yang pernah satu bangku dan jadi satu-satunya temen deket lo aja bingung harus tanggepin mereka dan jawab mereka seperti apa, karena gue mengerti kalau gue gak punya hak untuk menjelaskan" ujar Sarah dengan terus terang.
Inilah alasan mengapa Vandra bisa berteman akrab dengan Sarah, itu semua karena kedewasaan Sarah yang gak pernah dimilikin siapapun. Sekarang Vandra mengerti mengapa Deri mempertahankannya mati-matian.
"Nanti gue akan cerita di chat aja ya atau nanti gue telpon lo kalau gue udah sampai rumah" ucap Vandra yang melepaskan pelukan.
Sarah mengangkat kedua jempolnya "Gue akan tunggu. By the way, yang mana gebetan lo sekarang?" Sarah seperti mencari-cari seseorang di lapangan tersebut.
"Temen doang Sar" Vandra mengoreksi ucapan temannya tersebut.
"Yaudah deh terserah lo aja. Gue doain biar cepet jadi. Gue duluan ya Van, udah ditunggu Deri" pamit Sarah lalu meninggalkan Vandra.
Sepeninggal Sarah pergi tepat sekali dengan selesainya permainan futsal. Ettan, Juna dan Elang keluar dari arena lapangan, mereka menuju ke arah Vandra.
Vandra yang sejak tadi menunggu langsung memberikan sebotol minuman ke arah Ettan.
"Apa ini?"
Ettan sedikit kebingungan dengan adanya beberapa potong buah-buahan di dalamnya.
"Infused water, katanya tau sedikit soal medis" goda Vandra.
Ettan meminumnya sedikit.
"Asem" ucapnya dengan raut wajah yang tidak mengenakkan.
"Cuma sedikit, gak usah manja" ujar Vandra yang mengacungkan jari telunjuknya.
Ettan meminumnya kembali. Vandra mengambil handuk putih milik Ettan dan mulai menyeka peluh-peluh yang ada di dahi Ettan menggunakan handuk tersebut. Ettan pun menjadi terdiam karena sikap Vandra.
"Ehem"
Suara batuk itu terdengar dibuat-buat oleh seseorang sehingga menyadarkan mereka berdua. Vandra melepaskan handuk tersebut, Ettan juga berhenti menatap Vandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Roman pour AdolescentsCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...