21. Matematika

2.2K 106 3
                                    

*beberapa minggu kemudian*

Bel itu sudah berbunyi tetapi tidak ada satupun dari mereka yang beranjak dari kursinya. Hari ini ada tambahan matematika karena minggu ini adalah minggu ujian tengah semester dan besok merupakan jadwal matematika dengan seni budaya. Guru mereka menginginkan ada tambahan kelas matematika setelah ujian hari ini selesai.

"Gak etis nih kalau begini terus, harusnya bisa pulang cepet" gumam Juna yang berada di belakang Vandra.

"Kenapa?" Vandra sudah menghadap Juna "Lo gak suka matematika?"

"Siapa di dunia ini yang suka matematika? Paling si Arman ketua OSIS yang super ngomul itu"

"Nikmatin aja Jun, selagi masih sekolah"

"Lagian gue heran sama nih sekolah, kalau ujian getol banget. Sekolah lain aja belum ujian"

Ponsel Vandra berdering, tidak ada nama di sana.

Vandra ragu untuk mengangkatnya, jadi ia biarkan saja. Nanti jika penting, pasti akan menelpon kembali. Saat guru sudah datang ke kelas Vandra me-nonaktifkan ponselnya, karena ia sama sekali tidak ingin terganggu.

"Welcome to the hell" gumam Juna kembali.

***

Vandra turun dari motor Ettan dan memberikan helmnya. Lalu ia menyisirkan rambutnya dengan tangannya.

"Rambut aku berantakan ya?" ujar Vandra lalu ia melihat ke arah spion motor.

"Udah rapih"

Vandra tersenyum lebar dan merebut helmnya kembali.

"Habis ini jangan lupa makan, mandi trus..."

"Belajar!!" seru Vandra dengan kegirangan yang memotong pembicaraan Ettan.

"Telpon aku!" Ettan melaratnya dengan cepat.

"Belajar dong Ettan, pokoknya seminggu ini belajar, titik" tegas Vandra.

"Tapi kan besok matematika" keluh Ettan dengan wajah yang memelas.

"Karena besok matematika jadinya harus belajar. Kalau besok seni budaya dengan penjaskes, aku tidak akan peduli"

"Kalau aku kangen gimana?"

"Jarak rumah kamu ke sini memangnya seperti dari Sabang ke Merauke?" Vandra bertolak pinggang dengan wajah cemberut "Jangan apa-apa mempersulit hal yang mudah. Katanya sayang, tapi nyamperin pacar yang masih satu perumahan aja gak sanggup"

"Emang aku boleh main ke rumah?" Ettan melebarkan senyumnya dengan penuh harap.

"Selama ini emang ada yang melarang? Biasanya kalau kesini juga langsung datang" cibir Vandra.

Ettan memang suka datang tiba-tiba ke rumahnya, entah itu sudah membawa makanan, mengajaknya jalan dan makan di luar atau Ettan sengaja meminta makan di rumahnya.

Ettan juga sering datang ke rumah Vandra karena keinginan dan permintaan dari Cello, untuk menemaninya bermain game atau sekedar menonton bola bersama dan Vandra membenci hal itu. Vandra bisa menjadi sapi ompong jika mereka asik berdua sedangkan dirinya terlupakan.

"Itu kan karena kak Cello yang suruh aku datang, sekarang kak Cello udah balik ke Australia jadinya aku kan gak enak kalau tiba-tiba datang ke rumahmu"

"Gak apa-apa, Bunda juga pasti tidak akan melarang. Bunda malah senang jika kita tidak terus kelayapan keluar rumah"

"Jadi aku boleh mampir ke rumahmu?"

Vandra mengangguk dengan senang.

"Kalau gitu aku minta tolong buka kan gerbangnya, aku ingin masuk"

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang