9.1 Luka Freya

2.4K 139 2
                                    

Hari ini Vandra sudah masuk sekolah, itu pun karena paksaan dari Ettan yang pagi-pagi sudah menggedur pintu kamarnya. Ia sangat yakin saat itu matahari baru saja terbit tapi Ettan sudah datang ke rumahnya. Hanya Ettan tamu laki-laki yang datang sepagi itu hanya untuk menjemputnya ke sekolah. Hanya Ettan.

Sebelum berangkat sekolah, Ettan juga sudah membawakan Vandra sarapan yang ia bawa dari rumah. Kemarin memang Bundanya Ettan mengetahui kondisi Vandra sehingga ia menitipkan sarapan sekaligus bekal untuk Vandra. Vandra merasa senang sekali karena mendapat perhatian sebesar itu dari seseorang yang baru beberapa minggu mengenalnya.

Baru saja Vandra berdiri dari tempat duduknya karena ingin menyusul Elang dan Juna yang sudah bersiap untuk pergi ke kantin, namun seseorang langsung menekan pundaknya sehingga ia terduduk kembali.

Ternyata itu Ettan.

"Apaan sih?" Vandra membentak Ettan.

Ettan mengacungkan jari telunjuknya dan menyuruhnya untuk diam. Ettan agak mendekat ke arah Vandra dan berbisik.

"Lo tembus tuh" bisiknya yang amat terdengar jelas di telinga Vandra "Banyak banget, kayak danau merah"

Mendengar hal itu wajah Vandra memerah dan memukul lengan Ettan secara refleks. Ettan mengaduh dan membuat semue mata memandang mereka berdua. Termasuk Freya.

"Lo lagi gak bercanda kan?" Vandra ikut berbisik.

"Begituan gak enak dijadiin candaan" ujar Ettan dengan santai.

Vandra mengangkat tasnya dan memangkunya. Ia sekarang mencari-cari benda itu. Gak ada.

"Ettan, boleh minta tolong gak?" ujar Vandra dengan wajah memelas.

"Apa?"

"Gue gak bawa pembalut ganti" ucap Vandra.

"Trus?"

"Tolong beliin ke minimarket di depan" ucap Vandra sambil menyengir lebar.

Ettan tidak percaya mendengarnya. Ia harus membeli barang wanita semacam itu? Ya Tuhan! Bahkan ia tidak pernah diminta oleh Bundanya, Kak Darla, Poppy dan Jasmine untuk membeli barang sesakral untuk perempuan itu.

"Please, kali ini aja" ucap Vandra kembaki dengan mata yang berbinar-binar "Ettan, baik deh"

"Haduh Vandra, yang bener aja dong..." Ettan mengaduh.

"Woy, jadi gak sih kita ke kantin?" tanya Elang yang sudah berdiri di depan pintu bersama Juna. Mungkin ia sudah tidak bisa menunggu karena Vandra dan Ettan lama mengobrol.

"Duluan aja, gue masih ada urusan sama Ettan" jawab Vandra.

"Wadaw, pendekatannya makin jadi nih" ledek Juna.

Hal itu membuat beberapa menoleh pada Vandra dan Ettan tetapi mereka berdua tidak peduli. Juna dan Elang meninggalkan mereka di kelas.

"Tan, mau ya?" kini Vandra masih memohon.

Ettan mendecak pelan. Hal ini tidak pernah ia lakukan. Ya Tuhan bahkan menyentuh barang itu pun ia tidak pernah. Apa kata penjaga minimarket nanti jika tau ia membeli pembalut?

"Van, lo minta gue jajanin lo seminggu atau lo minta gue buat lari marathon di stadion 20 kali gue masih bisa sanggup, tapi kalau beli pembalut kayaknya..."

Vandra menekuk wajahnya "Yaudah gak usah, gue sendiri aja" Vandra berdiri dari tempat duduknya namun Ettan menyuruhnya duduk kembali.

"Ehh, lo gak malu kalau semua orang tau kalau lo tembus?" tanya Ettan dengan khawatir.

Vandra & EttanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang