Semenjak kejadian malam kemarin, Vandra benar-benar tidak memberikan jarak kembali antara dirinya dengan Gerald. Vandra juga telah membuka semua block yang ia lakukan terhadap Gerald, baginya semuanya telah selesai namun mendengar semua penjelasan Gerald, ia benar-benar tidak bisa menyalahkan Gerald.
Terpenting dari itu semua adalah bagaimana Vandra mendukung Gerald sepenuhya, meskipun ia sendiri tau apa yang dilakukan Gerald terhadap Helda adalah perbuatan yang salah. Lalu mau bagaimana lagi? Vandra sendiri tidak memiliki solusi yang tepat untuk Gerald, ia hanya bisa memberikan dukungan serta doa. Itu saja.
Vandra turun dari motor Ettan dan mengerutkan keningnya, sejak perjalanan dati rumah hingga ke sekolah, Ettan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Kamu sakit?" Vandra mencoba memeriksa kening Ettan dan Ettan hanya menggelengkan kepalanya "Jangan terlalu memaksakan diri kalau kamu memang sakit"
"Aku tidak apa-apa"
"Yuk!" Vandra menggapit tangan Ettan dengan gembira "Hari ini semua nilai ujian akan keluar, aku gak sabar"
Ettan hanya tersenyum. Tersenyum memaksa.
Mereka berjalan ke arah kelas seperti biasa, namun ada sedikit yang berbeda dengan Ettan yang terlihat lebih lesu dan dingin daripada biasanya. Namun Vandra menepis semua kemungkinan yang terjadi pada Ettan, ia tidak ingin menjadi ceroboh kembali seperti saat ia masih bersama Gerald dahulu. Vandra menyayangi Ettan, itu saja yang ia tau.
Vandra duduk di kursinya dengan tenang, sedangkan Ettan juga menuju ke arah kursinya sendiri. Baru kali ini Vandra melihat Ettan lebih banyak diam dari biasanya. Seperti Ettan yang pertana kali ia lihat dan ia kenal.
Vandra menoleh sedikit ke belakang mengarah pada Ettan, namun Ettan tidak menatapnya. Pacarnya itu hanya menatap ke arah depan dan sudah menggunakan earphone di telinganya.
"Ettan masih kesel ya Van gara-gara kalah main kemarin malam?"
Vandra menoleh kembali ke depan. Juna sudah berada di depannya. Vandra menaikkan bahunya pertanda ia tidak tau.
"Memangnya semalam kalian pada main?"
"Iya, kita bertiga main di rumah Elang. Iseng-iseng lah cobain game baru nya Elang" ucap Juna dengan santai "Udah gak usah dibawa pikiran, Ettan emang suka gitu, baperan kalau kalah main"
"Gitu ya?"
Juna mengangguk dengan cepat.
"Lo yakin dia gak akan kenapa-kenapa?" tanya Vandra yang penuh kekhawatiran karena melihat Ettan yang sungguh berbeda "Gue khawatir kalau bukan itu penyebabnya"
"Udah santai aja" Juna menepuk-nepuk bahu Vandra lalu ia duduk di tempatnya.
Vandra menghela napasnya dengan berat dan menatap Ettan kembali. Ettan ikut menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Vandra sedikit merasa terkejut karena perlakuan Ettan padanya, tidak seperti biasanya.
Pada awal Ettan menjemputnya pun, Ettan tidak mengeluarkan sepatah kata pun padanya. Ettan hanya diam sepanjang perjalanan, biasanya Ettan paling cerewet jika dalam perjalanan meskipun ia membawa kendaraannya dengan begitu kencang. Namun sekarang semua itu hilang, entah kemana perginya. Vandra amat merindukannya, padahal hanya beberapa menit yang lalu ia diperlakukan seperti ini.
***
Vandra membawa dua piring siomay sekaligus dengan terburu-buru agar cepat sampai ke meja biasanya ia duduk.
"Ettan, kita makan dulu ya" ucap Vandra dengan gembira. Vandra menaruh sepiring siomay dekat dengan Ettan.
Ettan menatapnya dengan dingin lalu ia menjauhkan piring tersebut dengan menggesernya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Fiksi RemajaCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...