Malam ini Vandra kembali ke rumah dengan begitu gembira karena seharian ini ia pergi bersama kakaknya, Cello. Semenjak kakaknya melanjutkan sekolahnya di Australia, ia menjadi mempunyai waktu yang terbatas dengan kakaknya. Dulu, biasanya ia pergi dan pulang sekolah bersama kakaknya, namun sudah setahun ini ia melakukannya sendirian tapi sekarang telah berubah semenjak ada Ettan di kehidupannya.
Hari ini karena tanggal merah, Vandra memutuskan untuk pergi bersama kakaknya. Kalau besok kan masih bisa bertemu Ettan, setiap hari juga ia masih bisa bertemu, jadi ia putuskan untuk pergi dengan Cello.
Jalan-jalan hari ini begitu menyenangkan untuknya, karena ia dengan berbangga bisa menghabiskan uang jajan kakaknya yang selama ini sengaja ditabungkan. Sekarang sudah habis karena ulah Vandra. Vandra sengaja mengajak Cello berbelanja banyak dengan alasan sudah tidak ada lagi baju yang muat untuk dirinya, lalu Vandra juga mengajaknya ke tempat super mahal yang sejak dulu ia incar. Sekarang semua itu telah tercapai karena Cello.
"Udah puas seharian ini bobol tabungan kakak?" sindir kakaknya yang melihat adiknya itu sudah bersantai di ruang TV "Untung banget kamu ini adik kandung kakak. Kalau bukan udah kakak tuntut atas pidana pemerasan dan penipuan"
Vandra masih mengatur napasnya yang terengah-engah "Aku kan gak pernah nipu kakak" bela Vandra.
"Ya iya sih...tapi kan tadi katanya belanjanya sedikit, tapi ternyata bisa bobol tabungan kakak" gumamnya.
"Kan uang jajan kakak lebih banyak empat kali lipat dari uang jajan aku, flat kakak juga dibayarin sama ayah, kalau kakak mau pulang ke sini atau mau balik ke Australia transportasinya ditanggung ayah. Kakak juga gak punya pacar, jadi uang tabungannya buat aku aja" Vandra tersenyum menang "Makasih ya kak" ucapnya sambil memeluk Cello.
"Besok-besok kakak pulangnya setahun sekali aja atau dua tahun sekali lah, kalau sering-sering pulang beneran bisa miskin" gerutu Cello.
"Ihh kakak jangan bilang begitu!! Nanti yang jajanin aku siapa kalau bukan kakak? Lagian kakak harus ikhlas" ucap Vandra sambil mencubit hidung kakaknya "Kalau kakak gak ikhlas nanti makanan yang abis kita makan gak bisa dicerna, kalau aku sakit perut gimana?"
"Iya...iya...ikhlas kok" Cello sudah pasrah.
"Nanti kakak minta uang lagi aja ke ayah"
"Kamu aja yang minta" ujar Cello dengan santai.
"Kakak aja ah, ayah lebih percaya sama kakak. Karena setiap kakak minta uang selalu dikasih, ayah takut kakak kesusahan di negara orang" Vandra tersenyum menang kembali "Udah ya kak, aku mau masuk ke kamar, besok aku sekolah lagi jadi harus istirahat. Makasih hari ini" Vandra memeluk Cello kembali.
Baru saja ia melangkah namun Bundanya keluar dari arah dapur dan memanggil namanya.
"Aku udah makan sama kak Cello, Bun" Vandra sudah menjawabnya padahal Bundanya belum mengucapkan kata apapun.
Bundanya menggelengkan kepalanya melihat putri bungsunya ini.
"Bunda mau bicara sama kamu"
"Soal apa?"
Vandra menghampiri Bundanya.
"Tadi kamu dapat tamu" ujar Bunda.
"Siapa?"
Tidak mungkin Ettan datang ke rumahnya karena Vandra sudah mengatakan bahwa seharian ini ia akan jalan-jalan dengan Cello. Lagipula Ettan sedang menyusun mengenai visi dan misi ketua OSIS untuk hari senin setelah kemarin ia dipaksa oleh kepala sekolah untuk membuatnya, entah apa yang dikatakan pak Danto sehingga Ettan luluh.
"Gerald" ucap Bunda dengan jelas.
Vandra terkekeh "Bercanda" lalu ia berbalik badan "Aku lagi capek Bun, lagi males sama guyonan. Mau mandi juga, udah gerah nih"

KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra & Ettan
Teen FictionCERITA SUDAH LENGKAP DAN TIDAK DI PRIVATE YAA! FREE FOR READ! Ettan Orlando Janes: Ettan Orlando Janes adalah siswa laki-laki yang takut akan Tuhan, taat pada agama, sayang dengan keluarganya, dan pengamal pancasila yang baik. Kehidupannya berjalan...