6- pagi kelas

3.9K 339 38
                                    


07:01


"Abang tau ngga sih ini jam berapa?" Sungut gue marah ke Abang.

Abang yang cuma nengok bentar acuh, ngelanjutin kegiatan rias macho nya. Apalagi kalo bukan oles pomade, sisir kanan sisir kiri dan kebelakang.

Hiya hiya ganteng.

"Bang, tolonglah adek nih ada PR belum selesai pun."


"Iya iya kencur, skuy nih." Abang keluar kamar sambil gendong tas nya. Ngga lupa buat ngambil kunci motor dengan gandul bentuk piccolo itu.

Kata papah karakter piccolo itu lucu. Tapi gue berani sumpah, piccolo itu serem di mata gue.

Ah, gue mah lihat cameo di Spongebob episode the hash slinging slaser yang nekan - nekan tombol lampu aja takut.

Perut gue keroncongan banget pagi ini karena ngga sempat buat sarapan. Biar sekedar goreng nasi, atau telur. Tidak semudah itu Ferguso, nasi goreng bukan sembarang nasi.

Banyak orang tidak menyadari jika bawang putih cincang yang ditumis lebih dulu, ditambah bawang merah dan cabai cincang, lalu ditambah nasi dengan tekstur pas yang tidak terlalu lunak.

Tidak lupa penambahan bumbu penyedap, garam, sedikit kecap manis, dan bumbu sambal. Lalu di aduk dengan spatula menggunakan skill yang pro, hingga nasi bercampur sempurna dengan bumbu.

Disajikan dengan telur mata sapi, mentimun, dan kemangi.

Sebuah kenikmatan tiada tara dari dedikasi terhadap nasi goreng.


Gue sendiri punya pengalaman di bagian dapur. Hidup dengan Abang dan pernah dapat bimbingan dari Mbah Cup bikin gue berani mengeksplorasi dapur dengan segala tekad.

Mulai dari eksperimen nasi kuning, nasi goreng, sampai bumbu bali. Udah pernah gue coba.

Sayur asem? Sayur bening? Tempe bacem? Sambel terasi? Ah, gue punya sertifikat nya.

Engga, canda.

Tapi gue ngga bohong, gue emang bisa masak. Biarpun goreng ikan masih megang tutup wajan sebagai tameng.

Emang cuma kaum legend yang bisa goreng ikan tanpa tameng.

Tenang aja, gue sama Abang yang mantan anak kost pun masih nggak bisa LDR sama yang namanya indomie.

Kalo kata Abang sih, "Mana kenyang anjir makan mie gapake nasi." Padahal dia anak IPA dan jelas - jelas tahu nasi sama mie itu sama - sama karbo.

"Eh kencur kencur," cegah Abang pas gue baru aja turun dari motor. Gue cuma berhenti dan noleh tanpa nyautin panggilan kencur itu.

Mungkin kalo Abang pantesnya Lengkuas.

Abang ngeluarin kunci rumah dari sakunya, "lo pasti pulang jam 2 3an kan? Bawa nih. Gue nanti mau main dulu,"

Gue nerima kunci dari Abang. "Main? Sesore itu lo mau main? Idih awas diculik wewe loh, ngga ingat apa kata Mamah apa?"

"Halah udah, nanti pulang gue bawain soto nya pakde Muluk." Abang ngibas kan tangannya ke depan. Dan gue auto senyum, "oke siap, hati hati di jalan. Dan jangan pake sabu, ingat kata Mamah bang."

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang