9 - J(um)ANJI

3.3K 287 5
                                    



Siang itu, di hari Sabtu kbm tidak berlangsung. Karena Senin nanti sekolah gue udah ngadain Ujian Semester ganjil, alhasil hari ini kita cuma bersih-bersih kelas masing-masing.

Murid-murid tidak bermartabat kaya kita seneng karna bisa pulang cepat.


Ya walaupun banyak yang ngomel cincay pas ngelap jendela kelas.

Setelah bersih-bersih beres, nyata nya kartu ujian belum juga dibagi. Jadi nya sekarang anak-anak kelas pada gabut tiduran di kelas yang baru aja kering di pel, kalo belum di pel ya mana mau mereka goleran di lantai kelas.

Supra aja sampai tidur selimutan gorden jendela yang belum dicuci.

Ada fakta menyedihkan kelas kami pernah kena terror tai kucing. Si Oyen, kucing warna orange yang suka main di jurusan akuntansi dan sering diberi makan pak Adnan itu hamil.

Dan entah kapan Oyen ngelahirin anak-anak kucingnya itu. Sampai hari itu, dari sekian banyak kelas Akuntansi, kenapa harus kelas kami yang jadi tempat anak-anak kucing itu berak.

Hari itu satu kelas dudukkan di depan kelas kaya anak ilang. Setelah dapat pencerahan yang sangat fresh dari kepala sekolah yang katanya serbuk kopi dan vanili bisa meredam bau, kami langsung bersih-bersih kelas.

Bagi murid-murid kampret sih seneng aja karna nggak papa bersih-bersih daripada belajar. Nyatanya setelah jam istirahat kbm udah berlangsung kaya biasa.

"Eh duit kas kita boleh nggak sih dipake beli gorengan? Kita makan bareng-bareng sekelasan. Daripada duitnya sisa dikorupsi sama bang Saleh" Kata Tony tiba-tiba.

"Boljug lur, gorengan mana nih? Bakwan, tahu isi, tahu bakso, sosis solo, tempe krispi, pisang goreng, onde-onde. Ashiaaaaap," Sahut Wahyu.

"Ahhh, gasak aja cok. Selama gak pake sangu gue." Sahut Bisma yang suka pakai kata 'cok' disetiap kalimat.

"Heh anak Raju, kalo kalian bayar duit kas sih nggak papa. Tapi ini kalian aja nggak bayar dari bulan Agustus, yang bayar kas rutin rugi lah, dasar ampas tahu." Cegah Sally sebagai bendahara kelas yang dicap cewek garang.

"Halah, medit betul bang Sally nih. Padahal diem-diem itu duit kelas dipake beli masker." Cibir Wahyu yang selanjutnya dijambak Sally.

"MULUT KAU ENAK BANGET BIKIN FITNAH,"

Mau tak mau setelah kena omel Sally, para penunggak kas kudu melunasi kas paling nggak sampek bulan November. Padahal ini udah Desember, tapi bang Sally mencoba memaklumi.

Sebenarnya kas kami itu iurannya lima ribu rupiah perminggu, mungkin dianggap ringan. Tapi tetep aja banyak yang nunggak, termasuk gue. Entah lupa, males, atau alasan lain yang kayaknya uang sangu lebih enak buat beli kuota yang ujung-ujungnya keterusan nggak bayar kas.

Ya kalau bisa buat beli makan dulu, kenapa harus bayar kas sekarang.
- pemikiran anak smart jaman now.

Kalau Sally yang garang ini jadi bendahara utama, wakilnya ini si Avin yang kurang berguna jadi bendahara. Selain namanya yang mirip peliharaan Upin dan Ipin, Avin ini kerjanya megang buku kas.

Yang nyatat tetap bang Sally.

"Eh, Jumanji udah rilis? Pengen nonton tapi kudu bantu bikin nasi padang ntar siang," Qaren dengan kurang ajarnya nabok paha gue.

Gue nepuk-nepuk paha, "nggak papa, syukur itu nyokap lo dapet orderan banyak kan. Sangu lo juga nambah lur," hibur gue.

"Lo nggak tau, gimana capeknya bikin nasi padang. Sampai encok ini pinggang, untung gue minum anlene nyokap. Yang coklat enak parah, rasanya kaya susu hilo." Ujar Qaren cengengesan.

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang