23 - sinting

2.2K 189 2
                                    


Gue narik satu sudut bibir waktu liat akun instagram dengan username jiyahsf_ lagi-lagi jadi penonton instastory gue.

"Napa dah lo senyam senyum sendiri liat layar Hp. Serem tau nggak?" Cibir Qaren.

"Nggak papa. Si muka asem itu ngeliat story gue lagi."

Qaren yang sedang mengunyah kue sus vanila itu auto natap gue, "Si cewek jutek nggak jelas itu? Asli ya, Ra. Gue yakin orang itu nggak beres. Coba deh, dia follow akun lo bukan buat berteman. Buktinya dia masih salty sama lo, apalagi lo bilang waktu itu yang ada dimeja KFC cuma lo sama dia.."

"Gue juga mikir gitu, tapi nggak ada yang percaya sama gue. Gue juga nggak paham kenapa dia gitu, gimana kalo bukan dia biang keroknya?"

Qaren nepuk punggung gue kenceng. "Adoh. Sakit, upil."

"Lo mikir coba, jangan terlalu posthink di kasus kaya gini lo sama kaya bodohin diri sendiri tau nggak? Feeling gue bilang cewek muka asem itu nggak bener." Ucapnya naruh kedua jari di dagu lalu ngangguk-ngangguk.

Gue ngambil satu kue sus lalu gue gigit. Pagi ini, masih di liburan akhir tahun gue pergi ke rumah Qaren. Keluarga dia punya bisnis katering yang laris pesanan. Nggak heran tiap kesini selalu disuguhin makanan khas hajatan. Rasanya udah jangan diraguin, lur.

Kue sus itu luar nya garing dan fla vanila didalamnya lumer kerasa dingin.


Rumah Qaren emang bener-bener tipe rumah yang enak dijadikan tujuan ngumpul. Tapi enggak kalo adeknya sedang ada dirumah.

Adeknya ini tengil banget, dia pernah kepergok gue lagi ngolesin upilnya di tas gue. Dan nggak bisa marah karna emaknya ada disamping gue.

Beberapa kali dia juga cerita tentang cowoknya dari SD lain, mereka menjalani LDR karna cowoknya pindah ke Hongkong. What a funny relationship, huh.

Nggak cuma itu, dia juga suka manggil gue dengan nama papah gue. Dan gue nggak pernah nyangka dia nanya nama keluarga gue cuma buat ngolokin gue pake nama orang tua.

'Wih anak Bagas kesini.'

'Oi Bagas Dayat ahihihi'

'Lo baunya kaya cabe-cabean.'

Tiap didepan nyokapnya sendiri, dia auto jadi anak pendiam. Dia beraksi tiap nggak ada yang memperhatikan. Sungguh licik bocah kampret itu.

Beruntung sekarang dia disuruh bapaknya belajar sepeda.

"Qar, rumah lo ada WC?" Tanya bang Saleh dari tadi sibuk nonton rumpi no secret di youtube yang bintang tamunya Ari Irham itu.

Qaren natap dia datar, "Terus maksud lo keluarga gue kalo mandi dimana?" Tanyanya sewot.

Bang Saleh terkekeh, "Kalem gan. Kan basa-basi gitu loh."

"Kebelakang aja, di dapur ada pintu biru muda itu."

"Sensi amat, sedang estivasi ya?" Ledek Amin. Sebenernya pagi ini kami rencana ngumpul bertiga aja lewat grup es blender, tapi lupa kalo ada Amin disitu. Dia nggak mau ditinggal, jadi ikutan. Apalagi tau rumah Qaren banyak makanan dan ada wifi. Yha mana mau rugi dia.

"Dikira gue kelelawar." Qaren mutar bola matanya malas.

"Tumben lo nggak bareng Wahyu lagi, kalian kan duo sumpit duo alay udah satu paket. Marahan ya? Apa putus nih?" Tanya gue bermaksud meledek.

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang