35 - no more dream

2K 167 10
                                    






Sore ini lumayan panas, matahari cerah memancarkan panasnya di langit. Gue memarkirkan motor Scoopy putih disamping perpustakaan, kemudian menengok kanan kiri memastikan keberadaan kak Fiqy seperti yang dia bilang di chat.

Oh, itu dia!

Cowok itu duduk diatas motornya, menunduk menatap layar ponsel. Hoodie hitam dengan tulisan OFF WHITE di bagian lengan menutupi seragam batik sekolah yang ia kenakan.

"Oi, sendirian aja kaya kelapa." Sapa gue sedikit keras.

Kak Fiqy mengangkat wajahnya supaya bisa menatap gue, entah cuma perasaan atau emang wajah dia yang kayak nggak bersemangat. Tapi sepersekian detik kemudian dia tersenyum tipis, "maksudnya kelapa? Gue tau ya, Tir, lo itu cewek gaje dan receh, tapi kelapa itu kejauhan."

Gue tertawa pelan, "kelapa kan termasuk monokotil, jadi sendirian karna cuma satu inti biji. Kalau dikotil baru nggak sendirian, karena dua inti biji."

"Ya ampun, bahkan humor lo kejauhan sekarang. Gue nggak nangkap lucu nya dimana."

"Yaudah sih, iyain aja. Gue emang nggak jelas orangnya,"

"Iya deh iya lucu, ngambekan banget kaya nenek-nenek."

"Sholat ashar dulu yuk, biar nanti balik nggak kelimpungan lagi karena udah senja." Ajak gue melihat kak Fiqy udah bangkit dari motor. Dia mengangguk menyanggupi ajakan gue.

Mushola perpustakaan sekarang lumayan sepi, sepertinya kita melewatkan sholat berjamaah.

"Gini kan enak, sepatu gue jadi nggak keinjak-injak." Kak Fiqy melepas sepatu khas fakboi nya diikuti kedua kaus kaki pendek bewarna putih.

"Nanti gue injak,"

"Gue chidori nanti kalau lo nginjak sepatu gue pakai sepatu ibu-ibu gitu,"

Gue reflek melirik sepatu yang baru saja gue lepas, lalu tertawa ngakak. "Itu pantofel keles, bukan ibu-ibu aja yang make."

Kita berjalan terpisah menuju tempat wudlu masing-masing. Selesai wudlu, bagian dalam mushola hanya ada dua mbak-mbak yang baru saja selesai sholat, sekarang mereka beranjak keluar.

Disinilah gue, hanya berdua dengan dia. Dengan ide yang tiba-tiba terlintas di kepala, "mm.. gimana kalau kita jamaah?"

"HAH? APA?" Sahutnya agak terkejut, menyisir rambutnya yang basah karena air wudlu kebelakang menggunakan jari.

"Apa sih, nggak usah heboh gitu napa. Lo nggak usah malu, kan kalau ashar nggak perlu baca alfatihah sama surat nya keras-keras. Santuy,"

"Oh iya juga, yaudah."

Gue tersenyum tipis, segera mengambil mukenah di lemari kaca mushola yang bisa dipinjam kapanpun. Dulu waktu kecil selalu rebutan buat ngambil mukenah di masjid dekat rumah, karena kalau telat, dapat sisa mukenah ibu-ibu yang bagian atas sama bawahnya menyatu.

Terbersit di hati gue rasa gugup, ini gue bener-bener sholat jamaah sama dia?

Ahhh, stop it. Gue harus tenang, nggak usah baper.







🐊








"Itu baju apaan sih?" Tanyanya melirik seragam yang gue kenakan dilapisi jaket jeans berwarna hitam. Raut wajahnya seakan bilang gue ini memakai baju paling aneh.

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang