25 - ternyata

2.2K 192 0
                                    

"Ambalnya udah ada belum?"

"Udah, Ngga." jawab kakak OSIS bagian inti itu. "Tadi dibawa sama Ucok,"

Anak-anak OSIS sekarang terbagi beberapa bagian. Setelah mendengar arahan dari kak Rangga yang sekarang hampir lengser dari jabatannya sebagai ketua OSIS.

Pagi tadi kami sudah menyiapkan ambal diatas panggung, gotong speaker, nyapu area lapangan secara terpisah, mengatur posisi kabel supaya nggak semrawut, dan bahas konsumsi untuk pihak sekolah dan bintang tamu.

Karena dikerjakan terpisah jadi sekarang semua udah bisa beres dengan cepat, juga suara kak Rangga juga yang tegas bikin anak-anak nggak banyak omong yang bikin kegiatan lama.

"Gede banget speakernya, wanjay. Ini kalo dipake bapak gue nyetel lagu Payung Teduh yang akad auto berlarian kesana kemari dan tertawa satu komplek." komentar Sandi. "Yakin nggak disemprot kepsek kalo segede ini?"


"Ya nggak papa, biar aja nanti Nuca mengguncang dunia." Sahut Viva berlebihan sebelum meneguk air mineral kemasan botol lalu melemparkannya ke kardus kosong karna sudah habis.

"Aih, gue nggak nonton dah. Nanti kalian live instagram ya? Biar gue bisa liat," mohon gue lalu terkekeh.

"ENAK BANGET LO, KUTIL." protes Emina. "Kalo kuota gue banyak, nggak janji dah." imbuhnya lagi.

Johan noleh ke gue, "Lo nggak ikut?"

Gue menggeleng pelan. "Enggak dibolehin, soalnya Abang nggak minat nonton jadi nggak ada yang nemenin. Acaranya sampe malem banget sih, takutnya gue dibawa jurig." jelas gue sembari bercanda.

Johan mengangguk mengerti. "Padahal lo pengen liat Nuca ya?" Tanyanya yang kemudian gue mengiyakan.

"Lo sendiri ikut?" Tanya gue.

"Gue nonton kok, kan nanti gue live biar lo bisa nonton dari rumah. Atau kalau perlu kita video call aja."

Mendengar itu, Sandi auto heboh. "ADOOH, YANG JOMBLO NGGAK BISA VC SIAPA-SIAPA." sindirnya. "Yakali gue ngajak vc mantan, nanti malah kebayang kenangan lama. Audah,"

"Alay lo."

Viva menatap gue lalu tersenyum meledek, "Ada yang mendekat gais, tapi bukan om ojol."

Padahal gue sama Johan nggak ada apa-apa. Bahkan gue juga nggak nyangka dia bilang gitu, kalau diingat-ingat dia jadi lebih friendly daripada waktu pertama kali kenal. Asli deh, Johan ini kalau berbuat baik suka spontan dan kaya nggak nunggu mikir dua kali.

Mukanya terkesan jutek dan sombong. Gue aja ngira dia nggak ikhlas disuruh nyari vendor bareng gue. Tau namanya juga dari badge name di seragam dia.

Mungkin dia lagi pengen berak waktu itu, positif thinking aja.

"Gue canda aja kali, Han. Lo mah niat bener."

Johan ketawa, "Gue kan orang baik yha, nggak kaya Sandi."

Sandi melotot langsung merutuki Johan. Mereka berdebat tentang Sandi yang dulu dimintai hotspot beralasan nggak ada kuota. Padahal dia sempat update snap.

Kasus yang sering juga terjadi dikelas.

"Nanti banyak anak sekolah lain nggak?" Tanya gue ke Emina yang punya teman dibagian penjualan tiket.

Emina tampak mengingat-ingat. "Banyak, ada SMK sebelah, anak SMA 2 juga pada antusias gara-gara ada Nuca, ehm.. SMK kesehatan juga ada, trus SMA 8, sama beberapa temen gue di SMA 5 juga ada yang mesen tiket. Sisanya mungkin ada lagi," jelasnya panjang.

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang