32 - sandal jepit

2.1K 169 1
                                    

Note : tekan bintang boleh dung biar semangat gitu ngetiknya;( terima kasih










"Muka lo kenapa?"

Cowok dengan seragam putih abu-abu dilapisi jaket denim nya itu mengusap pipi nya. "Emang muka gue kenapa? Ini cuma bekas digigit nyamuk tapi gue garukkin jadi burik gini,"

Jelas gue natap kak Fiqy menyelidik, "masa sih, yakin bukan bekas tonjok-tonjokkan? Tawuran dimana lo?"

Kak Fiqy melebarkan mata, "dih, ogah kali tawuran. Udah kelas tiga sih tau diri aja sama kelakuan, nanti nggak lulus kalau aneh-aneh."

"Lo yang aneh," gue mengerutkan alis. Natap dia sedikit gusar, "kemarin lo chat minta tolong tapi nggak jadi, gaje lo. Sekarang itu muka lo ada borok, apa lo.. lagi ada masalah?"

Kelihatan jelas sekarang kak Fiqy mendadak kikuk. "Enggak tuh, nggak usah sok detektif lo, Tir. Nggak pantes tau muka-muka receh kayak lo jadi sok serius gitu,"

Apaan coba maksudnya? Muka gue aneh gitu? Dia nggak sadar apa kadang muka nya juga nyebelin banget kalau lagi ngakak?

"Maksud lo apa!?"

"Sssssssst," tegur penghuni perpustakaan yang lain. Sore ini dia minta temenin gue buat mampir ke perpustakaan kota. Karena kita belum punya kartu anggota, jadi kita cuma bisa baca disini. Belum boleh pinjam buat dibawa pulang.

Gue kira maksud dia kemarin minta tolong ya buat ini. Dia mau belajar buat persiapan ujian nanti, gue yang nggak pernah kesini jadi penasaran dan mau-mau aja. Walaupun mata gue tertariknya ke buku-buku konspirasi sama novel.

Jangan harap gue kesini buat lihat buku akuntansi, lihat sampulnya aja udah pusing duluan.

"Tuh, makanya jangan berisik." Tegurnya sedikit berbisik. Mendekatkan kepalanya ke arah telinga gue.

"Padahal lo yang mulai tau," gue mendecih.

Gue bertanya kapan dia berniat buat kartu anggota supaya dia bisa pinjam buku pulang. Tapi dia cuma ngangkat bahu, "mager ngurus, nanti-nanti aja. Lagian enak juga belajar disini, adem, nyaman, apalagi ada lo."

Ngomong apa sih dia ini?

"Nggak usah aneh-aneh, katanya mau belajar, hapalin tuh konjungsi." Perintah gue menunjuk buku besar diatas meja. Cuma pengalihan, supaya nggak terlihat salting.

Dia bener, perpustakaan ini memang lumayan besar. Temboknya di cat putih mengingatkan gue sama Gramedia, tapi rak buku disini lebih besar. Di tiap jarak antar rak yang berseberangan, ada bangku dengan meja besar yang memanjang.

Karena akhirnya kak Fiqy fokus sama buku nya, gue jadi gabut sendiri. Gue memilih memainkan ponsel buat story Whatsapp. Supaya gawl katanya Wahyu, dimanapun harus update.

🐊

"Bentar, udah mau senja. Gue belum sholat ashar, lo udah?" Tanya gue setelah melihat jam, mengingat dari pulang sekolah belum sholat.

Dulu gue suka bolong-bolong tiap sholat, tapi mamah bilang kalau udah baligh amal itu udah mulai dihitung. Jadi tiap berniat ninggalin sholat, rasanya kayak nggak tenang. Kepikiran sendiri rasanya, jadi gue berusaha jaga ibadah biarpun suka nggak tepat waktu.

upnormal teen // kth (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang