"Bilangnya gak suka anak senja," kata abang tatkala lihat gue memasukkan motor ke teras setelah membuka pagar lebih lebar. "Bawa sekuter, pulang senja, kurang kopi sama lagu Indie."
Gue melirik dia sinis, males buat ngerespon celetukannya setelah dia bentak gue kemarin.
"Ciah, sombong amat." Sahutnya begitu gue meninggalkan dia di teras.
Melihat mamah yang duduk di kursi depan TV menonton acara Rumah Uya, gue ikut duduk disampingnya. Membuka plastik dan meletakkan mika berisi pisang lava di meja.
"Dari siapa, dek?"
"Kak Fiqy, mah."
Mamah menatap gue seakan meledek, "anak mamah ya, udah deket aja sama cowok. Ingat, jangan mau diajak aneh-aneh. Jangan pernah dengerin bisikan setan,"
Gue mencomot satu pisang garing berisi coklat dengan taburan keju itu. "Iya iya, aku bukan cabe-cabean kali, mah. Aku juga gak bakal gitu,"
Mamah selain suka mengatur bagaimana anaknya bertingkah laku, juga selalu memberi peringatan berulang-ulang. Gue ngerti, walau kadang kesel. Setiap anak cuma belum tahu kan rasanya jadi orang tua dan khawatir anaknya ikutan trend jaman yang aneh-aneh?
"Kamu lihat abang nggak di teras?" Tanyanya sembari tetap fokus dengan acara di tv. Sekarang bintang tamu mereka marah-marah karena pacarnya jarang mandi.
"Gak tahu, males ngomongin dia." Jawab gue sensi.
Mendengar itu mamah terlihat menggelengkan kepalanya, menyentuh puncak kepala gue dan mengelusnya kasar. "Gak boleh gitu dong, baikan sana."
"Ya abisnya kemarin dia gak jelas banget tau, mah. Tiba-tiba aja aku dibentak gitu, yaudah tadi aku diemin pas dia sok asik."
"Yang akur, nanti kalau kamu butuh dia gimana? Siapa yang ngantar jemput kamu?"
Gue memasang wajah kecut, "aku bisa bawa motor sendiri, dia kan kerjaannya cuma ngambilin makanan aku."
Selalu ingat siapa pelaku utama dibalik hilangnya makanan gue di kulkas, ya si Jim itu. Pernah gue buat dessert box oreo yang belum sama sekali gue makan, tau-tau tinggal seperempat. Dia juga kalau minta cemilan gak tanggung-tanggung sampai gak kesisa buat gue.
Giliran kalau gue yang minta paling dikasih se-iprit. Pelit banget, asli.
"Kalau bawa sekitaran sini gak masalah, tapi jangan keseringan bawa keluar apalagi pas ada razia. Kamu belum punya SIM,"
Padahal temen-temen disekolah juga udah banyak yang bawa motor walaupun belum punya SIM. Mereka cuma nggak bawa waktu ada kabar razia.
Hei, anak SMP aja banyak kan yang diam-diam berangkat sekolah bawa motor sendiri?
"Jadi kapan mau baikan?"
"Yaudah nanti deh,"
Senyuman di bibir mamah terlihat, sekarang dia kembali pada acara tv nya. Tapi adegan disana sedang mengguncang, "itu beneran ceweknya gitu? Aduh, gak abis pikir mamah."
"Mana ada, mah."
Duh, mamah tetap orang tua yang mana gampang percaya dengan apa yang terjadi di acara televisi. Atau gosip palsu yang setting-an pun dia percaya. Yang biasa mamah selalu broadcast pesan di whatsapp yang semacam, kalau tidak kamu bagikan maka kamu akan didatangi nenek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
upnormal teen // kth (revisi)
FanfictionKatanya remaja itu fase labil manusia paling berkesan dan penuh frustasi menuju kedewasaan. Tentang teman, keluarga, cita-cita dan perasaan yang membuat lingkup hidup makin ruwet. Bukan cerita bad girl atau bad boy, ini cerita anak sekolahan penyuka...