"Kok nggak disuruh masuk, Fiq?"
Seorang wanita paruh baya baru saja keluar, menyapa hangat gue dan abang yang duduk di kursi teras. "Nggak apa-apa, tante. Cuma sebentar juga," tolak abang halus, tumben dia bisa sopan juga.
"Si Jim ya? Udah lama gak kesini." Wanita itu tersenyum, kemudian melirik ke arah gue yang duduk disamping abang sedikit kikuk. "Itu adek kamu? Atau?"
"Dia cuma pengiring tante, biasa.. cogan kayak saya pasti punya bodyguard. Nanti kalau ada jurig atau tuyul biar dia yang lawan."
"Parah lo, Jim, bawa-bawa jurig yang gak salah apa-apa." Sahut kak Fiqy.
Ucapan abang sontak membuat gue menginjak kakinya kesal. Kapan sih dia jadi orang yang bener.
"Oh? Ahahaha adek ya ternyata." Wanita itu mengangguk paham setelah tertawa pelan.
Setelah memberi tahu kalau kami kesini cuma mampir buat mengantar pisang, mereka berdua berterimakasih. Sempat menawarkan ingin minum apa dulu atau masuk untuk basa-basi. Tapi ini udah malam, jadi gak bisa lama-lama.
Rumah ini punya taman di bagian depannya, banyak tanaman hias dan ada kolam ikan. Bukan kaleng-kaleng ya. Bahkan lampu taman yang bentuknya kaya telur naga pun membuat kesan taman ini jadi sangat kalem, seperti ada khas rumah orang kaya nya.
Ini mirip rumah yang sering muncul di ftv Indosiar, yang sarapan pagi nya pakai jus jeruk, susu, dan roti. Tapi sedikit lebih modern, dan warna eksteriornya dominan abu-abu.
"Nak Jim, kalau boleh tahu nanti mau lanjut kuliah apa?" Tanya wanita yang ternyata bernama Mega itu saat mengantar abang dan gue kedepan gerbang.
Saat gue lihat-lihat kembali, tempat ini ternyata yang kak Fiqy sering foto terus diedit jadi story instagram lalu dia tambahkan quotes kadang-kadang. Selama ini gue kira dia sering main ke taman kota malam-malam sendirian.
"Rencana sih ekonomi, tan."
"Oh, soshum. Tapi katanya anak ekonomi lulusnya pada medit,"
Gue terkikik sambil menutup mulut, dia gak perlu jadi anak ekonomi juga udah pelit. Tak lama abang menyikut lengan gue supaya berhenti tertawa.
"Enggak, Tan, kalau aku sih tetap dermawan. Balik dulu ya, Tan, Fiq. Wassalamualaikum."
"Iya, makasih ya udah dibawain."
Kami menjauh dari tante Mega dan kak Fiqy yang masih berdiri di luar. Angin malam ini lumayan dingin, mungkin karena beberapa hari ini sering hujan. Tujuan selanjutnya adalah rumah cem-ceman abang. Tidak lain dan tidak bukan adalah kak Ulgie.
"
Bang, tadi katanya lo udah jarang kesana, kenapa?"
"Semenjak bibi nya Fiqy disitu, jadi males kita-kita buat ngumpul disitu lagi." Sahut abang dari balik helmnya.
"Emang bibi nya kenapa dah? Garang kayak kak Ros kah?"
Abang mengangguk, "iya gitu, dia gak suka kalau kita ngumpul disana, makanin makanan yang ada, bahkan lihat tv nya aja gak boleh. Padahal dia disana juga numpang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
upnormal teen // kth (revisi)
FanfictionKatanya remaja itu fase labil manusia paling berkesan dan penuh frustasi menuju kedewasaan. Tentang teman, keluarga, cita-cita dan perasaan yang membuat lingkup hidup makin ruwet. Bukan cerita bad girl atau bad boy, ini cerita anak sekolahan penyuka...