"Good afternoon everyone, see you tomorrow." Pamit Miss Evi, guru bahasa Inggris dikelas sepuluh sebelum mengakhiri pelajaran hari ini.
Dia tipe guru yang tiap mengajar jarang bercanda, cukup serius membuat hawa dikelas jadi tegang seketika. Qaren aja sampai bilang tiap pelajaran Miss Evi tangannya suka dingin, karena takut ditanya pertanyaan sulit.
Miss Evi suka memberi muridnya pertanyaan mendadak, jadi kami dihimbau buat membaca rangkuman sebelum pelajarannya dimulai.
"Yes, Miss. See you,"
"Oh wait, saya lupa bilang kalau English Club sekarang menerima anggota regu baru, karena regu dari kelas dua belas sudah fokus sama ujian. Ketua kelas, ini," Miss Evi menyerahkan selembar kertas pada Supri.
"Yang mau gabung nanti tulis disitu ya, lusa saya ambil. Nanti bisa dibimbing buat ikut lomba, dan buat Wahyu, Tiara, sama Keke, saya harap kalian gabung. Karena saya liat kalian punya potensi disini, okay? Selamat siang." Pamitnya sekali lagi lalu meninggalkan ruang kelas.
Gue memandangi sepatu pantofel gue sendiri, hari ini hari Rabu. Jadwalnya memakai baju jurusan, dan baju jurusan akuntansi ini warna nya pink tua. Baju atasnya lengan panjang, dan rok span panjang dengan warna senada. Jika memakai jilbab, jilbabnya berwarna hitam. Karena lumayan feminim rasanya jadi gue pakai pantofel tiap hari Rabu.
Untuk laki-laki celananya berwarna hitam, anak akuntansi sering dibilang jurusan blackpink karena warna baju jurusannya.
Kalau kata papah, baju jurusan gue kaya seragam Dharma Wanita punya mamah. Cuma bedanya, punya mamah ada batiknya. Punya gue polosan dengan sedikit garis hitam di kancing baju."Lo ikut? Katanya kalau ikut lomba inggris-inggrisan gitu enak, dapat makan gratis. Lo kan suka makan,"
Gue mendelik, menatap Qaren dengan ekspresi datar. "Iya-iya, gue tau gue suka makan, harga diri gue seharga makanan, caci maki aja gue nggak papa." Tukas gue sok mendramatisir.
Sebenarnya gue sendiri tertarik dari lama dengan English Club sekolah. Tanpa pikir panjang, gue langsung mengajukan diri pada Supri, dan nama gue segera ditulis. Keke juga ikut mendaftarkan diri setelah melihat gue.
Kayaknya keren ya kalau jadi perwakilan sekolah waktu lomba, bisa sekalian jalan-jalan juga. Duh, kok gue udah halusinasi diajak lomba gitu aja.
Gue menoleh ke arah bangku didepan gue dan Qaren, disana Wahyu masih berkutat dengan ponsel nya. Jujur aja, selama ini gue liat dia disekolah itu tidur 20%, mabar 30%, gosip 15%, update sosial media 30%. Wahyu selalu mengumpat tiap main game nya, juga debat dengan Tony yang pemain Dota. Gue sendiri capek lihat beranda tiap Wahyu upload story rekaman dia main game.
You know lah, moba kok analog kalau kata Tony.
"Yu, lo nggak gabung?" Tanya gue sedikit keras. Dan dia menggeleng pelan, "males ah, pusing gue. Kalo ada klub gamers baru gue ikut,"
"Itu Sundul Squad bukan klub gamers?" Sahut Qaren yang senang mencibir Wahyu.
"Iya juga ya? Apa diresmiin aja," ucap Amin beberapa kali menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari. Sekarang dia dan Wahyu sudah baikan, setelah sempat diem-dieman kaya cewek ngambek.
Gue menghembuskan nafas kencang, lalu kembali ke tempat duduk. Melihat ada pop up notifikasi dari Johan, gue segera mengusap layar kunci ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
upnormal teen // kth (revisi)
FanfictionKatanya remaja itu fase labil manusia paling berkesan dan penuh frustasi menuju kedewasaan. Tentang teman, keluarga, cita-cita dan perasaan yang membuat lingkup hidup makin ruwet. Bukan cerita bad girl atau bad boy, ini cerita anak sekolahan penyuka...