"Oke cukup itu aja rapat pertama kita hari ini, sekian. Wassalamualaikum, ohiya, selamat buat kalian anggota baru. Sekarang kalian resmi," ucap kak Hendry tentu saja sebagai ketua dari sekbid enam.
Ini rapat pertama kami setelah dilantik, rasanya gak sabar buat tahun ajaran baru nanti. Ngerasain rasanya bimbing murid baru, waktunya tebar-tebar pesona hahahaha. Bercanda.
Kak Hendry bilang tugas sekbid enam itu gak selalu rutin, cuma kadang-kadang. Tapi kita selalu siap buat bantu apa yang dilakukan OSIS inti, kita juga disuruh menggalakkan adanya kegiatan berwirausaha didalam kelas.
Gue gak perlu repot, karena dikelas memang ada Indah yang katanya berniat jualan makanan. Bisa dibilang sekbid gue ini sekbid santuy, tapi kadang juga ngerepotin.
"Ajegile, gak nyangka nanti gue ngawasin murid baru. Gue judesin enak kali ya, balas dendam gitu." Celetuk Viva bersemangat, sudah berhalu beberapa bulan kedepan kita naik status menjadi kelas sebelas.
"Hush, niat lo jelek amat. Gue sih mau sok cool aja, terus ngelancarin jurus buaya gue." Ujar Sandi menggerakkan tangannya kekiri dan kekanan meliuk-liuk seperti ular. Rupanya dia sudah move on dari mantannya? Atau cuma pura-pura tegar sembari mencari pelampiasan?
"Yok pulang," ajak Johan merangkul tas ranselnya dengan satu tangan. Bangkit dan meninggalkan ruang OSIS yang akan jadi tempat gue berkutat selama masa jabatan ini.
"Han,"
"Hm," sahutnya saat kita berjalan menuju parkiran.
"Dulu lo kenapa milih sekbid enam dibanding sekbid lain?"
Johan tampak berpikir, mengerutkan keningnya. "Diajakin Sandi sih, gue iya iya aja. Kenapa?"
Gue menggeleng, "gakpapa, kadang gue rasa muka-muka kaya lo itu cocoknya jadi inti." Jawab gue berniat bercanda.
Johan tertawa renyah, "dikira muka gue apaan dah, muka gue judes ya?"
Dan pertanyaan itu malah gue angguki polos, itu memang kesan pertama yang gua dapat dari dia. Jutek dan garing, "hooh, dulu gue kira gitu. Ternyata lo nggak segaring itu, soalnya.. gue suka gak tahan sama orang yang garing. Gak asik aja rasanya, maaf ya jangan tersinggung."
"Lha, santuy." Jawabnya tanpa beban, "terus.. menurut lo gue itu gimana?"
Gue berpikir sejenak, berusaha mencari kata-kata yang pas dan gak buat dia sakit hati. "Kalem sih, baik."
Setelah berkata gitu, gue melirik dia perlahan. Ingin tau tanggapannya, ternyata raut wajahnya sedikit kecewa mungkin?
"Itu aja?" Tanya nya sembari mengeluarkan kunci motor dari saku celana. "Apa gue gak ada lucu-lucu nya di mata lo?"
Hah?
Lucu seperti apa yang dia maksud? Yang unyu-unyu? Lucu humor? Atau lucu yang lain? "Maaf ya, Han. Humor lo beda frekuensi sama gue kayaknya."
Selama dijalan kita hanya saling diam. Johan fokus dengan jalanan, dan gue melamun sesekali mengerjai anak kecil dalam gendongan ibunya yang dibonceng ayahnya. Anak kecil itu menghadap ke gue, sedangkan ibunya duduk menyamping.
KAMU SEDANG MEMBACA
upnormal teen // kth (revisi)
FanfictionKatanya remaja itu fase labil manusia paling berkesan dan penuh frustasi menuju kedewasaan. Tentang teman, keluarga, cita-cita dan perasaan yang membuat lingkup hidup makin ruwet. Bukan cerita bad girl atau bad boy, ini cerita anak sekolahan penyuka...