" Hanya ada dua orang wanita yang saat ini menetap di hatiku, yaitu Bunda dan kamu " Iqbaal Dhiafakhri.
Matahari telah menggantikan tugas bulan beberapa menit yang lalu, (nama kamu) masih saja setia dengan kasur empuknya itu. Meskipun matanya sudah terbuka, tapi ia sangat enggan untuk turun dan melakukan aktivitas sejak tadi.
" Iqbaal beneran gak ngabarin gue semaleman " Gumam (nama kamu) pelan sambil terus menatap layar -nya dan meneteskan beberapa buliran bening dari matanya.
Karena memang hari masih sangat pagi, masih kurang dua jam lagi ia harus ke kampus. (nama kamu) yang beranjak dari kasurnya dengan masih memakai baju tidur langsung berjalan mendekati lemari coklatnya untuk mengambil jaket tipis yang ada didalamnya.
(nama kamu) jalan terburu-buru sambil memakai jaket yang diambilnya tadi.
" Kamu mau kemana sayang? " Ucap Harnum lembut saat (nama kamu) sampai di anak tangga yang paling bawah.
" Sebentar mah, aku mau keluar " Ucap (nama kamu) yang langsung pergi tanpa menunggu tanggapan dari mamanya itu.
Ia terus berjalan menyusuri jalanan dengan hati yang begitu cemas. Setelah sepuluh menit berjalan, akhirnya gadis cantik itu menghentikan langkahnya di depan rumah dengan gerbang yang cukup tinggi berwarna biru tua.
(nama kamu) memencet bel yang menempel di gerbang itu, namun tidak ada respon sama sekali.
Pikirannya begitu kacau tidak karuan, ia sangat takut jika Iqbaal meninggalkannya lagi.
Tak terasa sudah setengah jam ia melakukan hal yang sama, yaitu memencet bel itu dan tetap saja tidak ada respon apapun.
" Neng nyari siapa? " Ucap seorang wanita yang sudah cukup tua pada (nama kamu).
" Ini kok rumahnya kosong ya bu? " Ucap (nama kamu) yang telah mengarahkan pandangannya ke arah wanita itu dengan suara yang masih normal.
" Loh neng (nama kamu)? Ibu kira siapa. Memangnya neng tidak tahu kalau subuh tadi keluarganya pak Herry ke bandara " Ucap Wanita itu membuat tubuh (nama kamu) bergetar seolah terkena sengatan listrik.
" Siapa yang akan pergi bu? " Ucap (nama kamu) dengan suara yang bergetar.
" Ibu juga tidak tahu neng, yang ibu tahu hanya semuanya pergi ke bandara. Tadi ibu gak sempet nanya lebih soalnya mereka buru-buru " Ucap Wanita itu membuat buliran bening lolos dari sepasang mata cantik itu.
" Yaudah makasih ya bu, saya mau pulang " Ucap (nama kamu) sambil berjalan dengan buru-buru untuk pulang.
Sengatan sorot cerah pagi ini sangat berbanding terbalik dengan perasaannya yang sedang kacau saat ini.
***
(nama kamu) memasuki rumahnya dengan wajah yang sangat kusut, ia sungguh bingung siapa yang akan naik pesawat itu, Iqbaal atau ayahnya atau bundanya atau bahkan semuanya. Dan mereka mau kemana?" Sayang.. Kamu kenapa? " Ucap Harnum yang melihat wajah kusut putrinya.
" Mama... " Ucap (nama kamu) sambil memeluk mamanya dengan sangat erat.
" Aku tersiksa maa.. Aku tersiksa sama perjodohan ini, apa aku bakal kuat ma? " Ucap (nama kamu) lagi sambil menumpahkan air matanya di pelukan mamanya.
Harnum mengelus puncak kepala putri kesayangannya itu. Kemudian ia mengajak putrinya untuk duduk di ruang makannya.
" Maafin mama nak, mama gak bisa menjadi ibu yang baik untuk kamu. Mama gak bisa buat kamu bahagia " Ucap Harnum yang mulai ikut terisak.
" Mama.. Jangan nangis ma, maafin (nama kamu), aku akan berusaha untuk kuat demi mama dan papa " Ucap (nama kamu) sambil memaksakan senyumannya.
Harnum menatap sendu ke arah putrinya sambil menyeka air matanya sendiri. Kemudian Harnum kembali mendekap erat tubuh putri kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia
Teen Fiction[SELESAI] Cerita ini berawal dari kisah perencaan perjodohan (nama kamu) dengan putra semata wayang rekan bisnis papanya. Namun, (nama kamu) Celistya Ananta tidak setuju, karena dia mencintai Iqbaal Dhiafakhri yang merupakan sahabatnya sejak kecil...